"Co buruan!" Ica mengikat asal tali sepatunya lalu buru-buru menuruni tangga dari lantai dua rumahnya.
"Iya iyaa!" Ico menyusul Ica setelah memakai tasnya.
Saat akan berlari ke ruang makan, tidak sengaja salah satu kaki Ica menginjak tali sepatu di kaki yang lain.
Beruntung saat itu Kevan sedang lewat dan segera menangkap putri bungsunya yang akan tersungkur ke lantai.
"Hati-hati dong sayang."
Ica menunjukan cengirannya, "maaf Pa," lalu kembali berjalan cepat ke ruang makan.
Setelah membenahi sejenak tali sepatunya, Ica langsung menghabiskan segelas susu miliknya lalu menghampiri kedua orang tuanya yang sudah duduk di sana.
"Ica berangkat dulu Pa, Ma." Pamit Ica mencium pipi Kevan dan Adis.
"Ngga sarapan dulu sayang?" Tanya Adis melihat putrinya buru-buru.
"Di sekolah aja Ma!" Ica memakai tas lalu berlari ke luar rumah, "buruan Ico!!"
"Iya sabar!" Ico pun ikut berpamitan dan menyusul Ica yang sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil.
Adis hanya menggelengkan kepala, sudah dapat menebak penyebab kelakuan anak kembarnya itu.
Hari ini adalah hari pertama ujian kenaikan kelas, namun Ica hampir saja kesiangan. Semalam dirinya lupa waktu saat persiapan ujian serta jam wekernya mendadak mati. Beruntung Ico yang juga kesiangan langsung membangunkan Ica.
Selama perjalanan, Ica tidak berhenti menatap jam tangannya. Hanya tinggal beberapa menit lagi untuk bel masuk sekolah berbunyi.
"Buruan dong Co!"
"Iya ini juga udah buru-buru Ica." Ucap Ico dengan nada gemas.
"Lo sih ngga bangunin gue!" Protes Ica.
"Ya lo sendiri pake acara kesiangan juga padahal biasanya bangun lebih cepet!" Ico tak mau kalah berdebat.
Akhirnya Ica memilih diam, sudah tau kalau masalahnya tidak akan beres jika dirinya tetap membela diri. Dan hal yang sama juga dipikirkan Ico.
Ica segera keluar dari mobil begitu Ico selesai memarkirkan di area parkir sekolah.
Bel baru berbunyi ketika Ica dan Ico berlari menyusuri koridor.
Ica mengatur nafasnya sejenak lalu masuk ke dalam kelas. Untungnya guru pengawas belum masuk.
"Lo habis maraton master?" Tanya Windy melihat Ica dan Ico berjalan masuk dengan nafas ngos-ngosan.
"Bisa dibilang gitu." Jawab Ica setelah duduk di kursinya.
"Lo kesiangan ya?" Bisik Ken.
Ica mengangguk sekilas lalu menopang dagunya, "gara-gara jam weker sialan tuh yang malah habis batre." Rutuknya.
Ken terkekeh sejenak dan mengusap puncak kepala Ica, "yang penting belum telat."
Ica kembali mengangguk.
25 menit berlalu, Ica lebih dulu mengumpulkan jawaban ujiannya lalu meninggalkan kelas. Ica memilih ke kantin sambil menunggu timnya.
Tidak lama setelah Ica keluar, Ken menyusulnya.
Ken mendapati Ica sedang duduk berdua Jeff di kantin.
"Udah beres juga Jeff?" Tanya Ken setelah duduk di hadapan Ica dan Jeff.
"Udah kak, tadi bareng kak Ica masuk kantinnya."
"Wah, saingan Ica kayaknya nih."
Ica tersenyum sumringah, "iya dong, Jeff mah ngga perlu diragukan lagi otaknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Enemy
Romance"Aku sudah sangat tidak menyukainya sejak kami masih memakai diapers!" -Angelica Wijaya- "Melihat wajah manisnya yang kesal karena ulahku, menjadi kesenangan sendiri untukku." -Kenneth Adhitama- -------------------------- Action - Romance