Karena jabatannya sebagai ketua OSIS, maka mau tidak mau Ica harus berkeliling untuk memantau kelancaran bazar. Beberapa menit lalu beberapa anggota OSIS lain meminta bantuan Ica, dan teman sekelas Ica tidak mempermasalahkan karena memang sudah tugasnya.
Namun Ica tidak sendirian, sejak tadi Ken selalu menempel di sampingnya ke manapun Ica pergi, Ken mengikuti untuk menjaga Ica. Karena saat Ica keluar dari kelas atau saat di kelas, beberapa siswa sekolahnya dan sekolah lain terlihat memperhatikan Ica, hal itu membuat Ken risih sendiri.
Ica melangkah masuk ke ruang OSIS karena pesan singkat yang dikirim Sandra padanya.
"Susah ya punya ketua OSIS kelewat cakep." Keluh Vika.
"Kenapa Vik?" Tanya Sandra.
Ica yang tengah mengerjakan hal yang diminta Sandra bersama Ken hanya diam mendengarkan, begitu pula Ken.
"Lo tau ngga sih Ca, dari tadi ada aja yang nanyain soal lo dari sekolah lain, mereka mau nanya langsung tapi takut sama penjaga lo," Vika melirik Ken sekilas.
"Emang nanyain apa?" Tanya Ica tanpa menatap Vika.
"Ya macem-macem, ada yang minta akun sosmed lo, nomor lo, apa aja deh."
"Lo ngga kasih kan?" Tanya Ken dengan tatapan datar pada Vika. Vika terkekeh melihat ekspresi Ken yang terlihat kesal.
"Tenang aja lah, gue suruh mereka minta langsung sama Ica."
"Kalo ada yang minta nomor Ica lagi, kasih aja," ujar Ken.
"Lo yakin?" Tanya Sandra tak percaya.
Ken mengangguk, "kasih aja nomor gue maksudnya."
Vika dan Sandra terkekeh mendengar lanjutan ucapan Ken.
"Okelah," Ica berdiri dari kursinya, "ini udah beres San, gue keliling lagi dulu."
"Siap bos!"
Ica melangkah keluar ruangan bersama Ken kembali.
Ken melirik jam tangannya sebentar, "lo laper ngga? Udah hampir jam makan siang."
Ica memegang pergelangan tangan Ken untuk ikut melihat jam tangannya, "lumayan sih, lo mau makan?"
Ken mengangguk kecil. Ica tersenyum dan ikut mengangguk, "yuk."
Keduanya berjalan menuju kantin sekolah yang terlihat sudah ramai. Ken langsung mengambil dua tempat untuk dirinya dan Ica.
"Gue aja yang pesen, lo di sini aja ya."
Ica mengangguk. Ken melangkah menjauh untuk memesankan makanan mereka.
Selama Ken pergi, Ica merasa risih karena banyak siswa di kantin yang mencuri pandang memperhatikannya. Mayoritas berasal dari luar sekolahnya.
Pada ngga pernah liat cewe kali ya? Gerutu Ica dalam hati.
Kedatangan Ken yang langsung menempati kursi di samping Ica membuat Ica bernafas lega.
"Lo sih kenapa tadi ngga mau pake jaket gue," ujar Ken yang sadar akan perasaan risih Ica tadi.
"Panas tau," Ica mencebikan bibirnya.
"Yaudah, nih makan dulu," Ken menggeser pesanan makanannya untuk Ica. Keduanya menikmati makan siang dalam diam. Ica makan lebih cepat agar segera pergi dari kantin.
"Pelan-pelan aja Ca makannya, gue ngga bakal ambil kok." Ken mengusap sudut bibir Ica dengan ibu jarinya. Ica mengerucutkan bibirnya.
"Biar cepet selesai dan segera keluar dari sini." Jawab Ica.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Enemy
Romance"Aku sudah sangat tidak menyukainya sejak kami masih memakai diapers!" -Angelica Wijaya- "Melihat wajah manisnya yang kesal karena ulahku, menjadi kesenangan sendiri untukku." -Kenneth Adhitama- -------------------------- Action - Romance