Part 55 - Malaikat Manisku

3.6K 195 1
                                    

Sudah hampir tiga hari Ica menginap di rumah Windy akhirnya kembali pulang ke rumahnya sendiri. Keadaan Ica sudah kembali seperti semula, memar-memarnya sudah hilang dan kejadian waktu itu masih tersimpan rapat di memori mereka.

Pagi, seperti biasa Ica berangkat sekolah bersama Ico. Namun hari ini ada yang kurang bagi Ica, Ken tidak masuk sekolah. Beberapa menit lalu sebelum dimulainya pelajaran, Ken mengirimkan Ica pesan singkat yang mengatakan bahwa dirinya tidak dapat berangkat ke sekolah karena ada sedikit urusan penting.

Ken berjanji akan menceritakannya nanti saat kembali ke sekolah.

"Baru juga ditinggal sehari udah kayak ditinggal setahun tuh muka." Sindir Daffa membuat Ica semakin tidak niat menikmati makanan yang sudah dipesannya di kantin.

"Memangnya kalau Windy yang ngga keliatan seharian kayak Ken, Daffa bakal seneng ya?" Tanya Windy dengan wajah polosnya membuat Daffa diam.

"Mamam lo!" Ledek Ico, "kena kan lo!"

Ica tersenyum miring sambil menatap Daffa, "kenapa ngga lo jawab Fa? Lo pasti bakal seneng banget ya makanya ngga bisa jawab?"

Skak buat Daffa, Windy mencebikan bibirnya, "beneran ya apa kata Master Ica? Makanya Daffa ngeledek Master kayak gitu?"

Daffa menatap kesal kedua anak kembar yang duduk dihadapannya dengan tatapan puas mereka melihat Daffa mati kutu ditatap kesal oleh Windy.

"Bukan gitu maksud gue Win, tapi ya ngga selebay Ica juga, gue tetep kesepian cuma ya--"

"Cuma apa Fa?"

"Cuma--"

"Susah ya cari alesan yang pas?" Sindir Ica.

"Diem lo!" Daffa berdesis kesal.

"Udah ah gue mau balik ke kelas dulu." Ica berdiri dari kursinya dan meninggalkan kantin, begitupula Ico serta Daffi yang sejak tadi hanya diam menyimak pembicaraan.

Windy ingin mengikuti Ica namun pergelangan tangannya ditahan oleh Daffa.

"Kenapa Fa? Gue mau ke kelas juga."

"Tunggu bentar, soal yang tadi--"

Windy terkekeh pelan lalu menangkup kedua pipi Daffa, "Gue ngga marah kok, gue percaya Daffa ngga bakal kayak gitu." Ucap Windy dengan senyuman manisnya.

Daffa ikut tersenyum dan mengangguk lalu mengajak Windy kembali ke kelas.
.
.

Ken duduk di sofanya dengan ekspresi jengah. Tadi pagi kedua orangtuanya datang dan mengatakan sudah meminta izin pada pihak sekolah agar dirinya tidak masuk hari ini.

Menjelang siang, keluarganya mendapat tamu yang Papanya katakan merupakan rekan bisnisnya. Papanya sengaja meminta Ken tidak masuk untuk bertemu dengan tamu Papanya.

"Bisa dibilang ini pertemuan untuk menjalin silaturahmi antar keluarga rekan bisnis." Jelas sang Mama saat Ken menanyakan alasan dirinya tidak diizinkan bersekolah pagi ini.

Sepasang suami istri dengan perkiraan usia tidak jauh dari orangtuanya duduk di hadapannya. Di samping kedua pasangan ini ada dua anak perempuan yang cukup manis namun tetap bagi Ken, Icanya lah yang paling manis.

Ken mengira mereka kembar namun ternyata salah, yang lebih tua berusia dua tahun diatas Ken dan yang muda berada dibawah Ken satu tahun.

"Risa, Sira, kenalkan ini Kenneth anaknya Pak Adhitama." Ucap Mama mereka.

Kedua gadis itu tersenyum kecil.

"Hai Kenneth!" Sapa si bungsu, Risa dengan senyum sumringah.

"Hai." Sapa si sulung, Sira dengan nada datar.

My Dearest EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang