Sekitar dua hari Ica harus absen untuk tidak masuk sekolah, sebenarnya kemarin Ica mau berangkat ke sekolah, namun orang tua dan kakak kembarnya kompak melarangnya untuk berangkat karena wajah Ica masih terlihat sedikit pucat. Oleh karena itu hari ini Ica baru bisa menginjakan kembali kakinya di sekolah.
Ken langsung menyambut dengan senyum sumringah saat Ica masuk ke dalam kelas dan duduk di sampingnya.
"Kenapa?" Ica melirik ke arah Ken yang belum melepas tatapan padanya.
"Kangen," Ken memamerkan cengirannya.
Ica terkekeh, "padahal dua hari kemarin lo jenguk gue terus."
"Bedalah, dua hari kemarin lo pake piyama sekarang pake seragam sekolah."
"Tapi," Ken memicingkan matanya, "sama aja sih cantiknya."
Ica kembali terkekeh lebih keras, "lo kumat gombalnya."
"Orang jujur kok dibilang gombal," Ken menarik gemas hidung Ica.
"Pagi-pagi udah pamer kemesraan," cibir Ico melewati tempat Ica dan Ken.
"Ciee Ico pingin itu," sindir Windy yang baru masuk bersama Daffa dan Daffi.
"Tolong hargai kaum jomblo ya Pak, Bu," gerutu Daffi.
Ica menatap kakak kembar dan sepupunya ini dengan tatapan datar, "kenapa lo ngga sama Ico aja Fi? Dari pada sirik liat gue dan Ken."
Daffi dan Ico melotot bersamaan mendengar ucapan Ica.
"Wah Ca, lo tega bener sama kakak lo yang ganteng ini!" Ucap Ico tak terima.
"Enak aja! Gue masih normal! Lagian gue dan Ico juga punya hubungan darah!" Protes Daffi.
"Jadi," Windy memicingkan matanya, "kalau ngga sedarah mau ya Fi?"
Daffi langsung memberikan tatapan kesalnya, "kagaaak!"
Ica, Ken, Daffa dan Windy terkekeh bersamaan, sedangkan Ico akan memukul kepala Daffi dengan buku namun berhasil ditangkis.
"Lo makanya kalo ngomong yang bener! Sedarah ga sedarah, gue ogah sama lo!" Kesal Ico.
"Ya apalagi gue!" Sahut Daffi tak kalah kesal.
Pertengkaran singkat itu terhenti karena pelajaran pertama pagi ini akan dimulai.
Saat jam istirahat, Tama sudah menunggu di depan kelas Ica karena pagi tadi Ica mengiriminya pesan yang berisi tentang dirinya yang akan masuk sekolah hari ini.
Sebenarnya keduanya janjian bertemu di lapangan basket, namun ternyata Tama malah menjemput Ica di depan kelas.
"Lo yakin mau pergi sendiri aja?" Tanya Ken saat Ica melarangnya untuk ikut serta.
"Iya, gue cuma akan menjelaskan ke kak Tama aja kok, tenang aja gue ngga bakal keceplosan."
"Lo jangan khawatir gitu Ken," sela Windy, "mending kita ke kantin aja, master udah gede gini kok, ketua OSIS kan biasanya pinter ngomong."
"Pinter gundulmu," sinis Ica.
Windy terkekeh, "ya udah ayo Ken kita ke kantin aja."
Ken mengangguk dan berjalan mengikuti Windy serta yang lain. Sedangkan Ica menemui Tama yang masih menunggunya.
"Kita ngobrol di ruang OSIS aja ya," pinta Tama setelah Ica datang.
"Oke kak." Ica lebih dulu berjalan menuju ke ruang OSIS.
Ica duduk di kursi yang biasa ia tempati sedangkan Tama di kursi Ken, mereka duduk bersebelahan setelah masuk ke ruang OSIS.
"Kamu udah sehat?" Tanya Tama lebih dulu membuka obrolan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Enemy
Romance"Aku sudah sangat tidak menyukainya sejak kami masih memakai diapers!" -Angelica Wijaya- "Melihat wajah manisnya yang kesal karena ulahku, menjadi kesenangan sendiri untukku." -Kenneth Adhitama- -------------------------- Action - Romance