Beberapa hari setelah acara sekolah, lengan Ica mulai membaik. Dirinya tak perlu lagi memakai arm sling.
Ken masih sering mengganggunya, masa genjatan senjata mereka telah berakhir. Tidak jarang terdengar Ica berlari di koridor atau memekik tidak jelas di kelas saat jam istirahat karena ulah Ken. Ken juga sering terlihat kesal karena pembalasan Ica.
"Lo berantakan banget Master." Ucap Windy melihat Ica menyandarkan dagunya diatas meja kantin.
"Andai saja bunuh orang ngga dosa."
"Woaah tobat master tobat! Lo ngga pernah niat buat bunuh Ken kan??!"
Ica melirik datar pada Windy, "nilai bahasa lo berapa sih Win?! Gue bilang seandainya bukan berniat!"
Windy memamerkan deretan giginya, "salah mulu gue kayaknya."
"Emang!" Ica beranjak dari tempat duduknya dan menuju ke kelas, Windy mengekor dibelakang Ica.
"Habis lari marathon?" Sindir Ken di depan kelas melihat Ica yang nampak kucel.
Ica melirik tajam ke arah Ken lalu melewatinya gitu aja, ia sudah tahu siapa dalang yang menyebabkan dirinya harus berlari keliling lapangan.
"Wah lo parah Ken, udah dua kali lo buat master gue dihukum gara-gara tugas." Ucap Windy yang juga berpasan dengan Ken.
"Bukannya harusnya bersyukur? Karena gue, jadi hidup master lo ngga terasa flat kan?"
BRAK!
Siswa yang masih di kelas selama jam istirahat terlonjak kaget saat Ica tiba-tiba menggebrak mejanya.
"BERSYUKUR JIDAT LO!" Pekik Ica kesal lalu kembali duduk di tempatnya.
"Tuh kan iblisnya ngamuk." Bisik Windy pada Ken yang hanya ditanggapi dengan wajah datarnya. Windy berjalan ke arah Ica dan memberikan Ica minuman agar masternya tenang.
.
."ICAA!!"
ckiiittt..
Ico mengelus dadanya usai memekik karena Ica hampir saja menabrakan mobil mereka ke bokong bus pariwisata.
"Lo kenapa?" Tanya Ica dengan wajah tenang.
"Lo manusia apaan sih?! KITA HAMPIR MATI TAU NGGA?! Dan lo malah tanya kenapa?!! Pinggirin mobilnya?!"
Ica menurut sebelum lebih lagi terkena semprot kakak kembarnya.
Ico mengambil alih kemudi melanjutkan perjalanan pulang ke rumah.
"Kenapa lo?" Tanya Ica melihat kakak kembarnya masih mengatur nafasnya.
"Hampir jantung gue copot gara-gara lo tau ngga!"
"Lo berdebar-debar?"
"MENURUT LO?!" Ico heran dengan adiknya yang masih terlihat santai padahal mereka hampir saja berangkat ke akhirat tadi.
"Mungkin lo lagi jatuh cinta."
Ico melebarkan matanya mendengar terkaan Ica, "JATUH CINTA GIGI LO! GUE SYOK ICA!"
"Oh syok." Jawab Ica datar.
"Gue rasa gara-gara marathon panas-panasan tadi otak jenius lo menguap semua." Ucap Ico sambil fokus menyetir.
Ica langsung menampilkan wajah sebalnya. Kelakuannya tadi salah satunya karena emosinya pada Ken. Pulang tadi Ica meminta menyetir, perasaan Ico ngga enak namun tetap diizinkan karena Ica memaksa. Berhubung Ica sedang kesal maka dirinya mengemudi seperti kesetanan dan berakhir 30 senti di belakang bus pariwisata.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Enemy
Romance"Aku sudah sangat tidak menyukainya sejak kami masih memakai diapers!" -Angelica Wijaya- "Melihat wajah manisnya yang kesal karena ulahku, menjadi kesenangan sendiri untukku." -Kenneth Adhitama- -------------------------- Action - Romance