Hari ini teman satu ruangan Ica sudah masuk, maka Ica harus menahan diri untuk tidak berkomunikasi dengan Edward serta Ken.
Ica melangkah masuk ke dalam ruangannya, sudah ada seorang pria yang lebih dulu duduk di tempat kosong kemarin.
"Pagi." Sapa Ica berusaha ramah.
Pria itu menatap Ica dengan tatapan dingin, wajahnya sedikit pucat, kemungkinan alasan dirinya tidak masuk satu hari lalu karena sakit, begitulah menurut Ica.
Pipi putih pria itu sedikit tirus namun Ica tetap menilai bahwa rekan seruangannya ini memiliki good looking sebagai seorang pria.
"Pagi." Ucapnya membalas sapaan Ica.
Ica sedikit membungkukan badannya, "saya Sarah, mulai kemarin saya bekerja di perusahaan ini dan menempati ruangan ini, mohon bantuannya."
"Jangan terlalu formal," Ica menegakan kembali tubuhnya saat pria itu menjawabnya, "panggil aja gue Alex, gue yakin kita seumuran." Ucapnya dengan nada datar.
Andai lo tau umur gue sebenernya. Batin Ica.
Ica tersenyum kecil lalu mengangguk dan duduk di kursinya. Suasana ruangan langsung senyap, kedua penghuni ruangan sibuk dengan urusan masing-masing. Ica berusaha mencari data karyawan di kantor ini lewat tuntunan Edward melalui earpiece. Tentunya hanya percakapan satu arah, karena Ica yakin Alex bisa mendengarnya jika menjawab ucapan-ucapan Edward. Jarak meja mereka hanya beberapa langkah dan saling berhadapan.
Hari ini Ica berusaha membuat kemajuan pada misinya karena Ica ingin segera menyelesaikan misinya. Di misi kali ini Ica sedang beruntung karena sekolahnya sedang libur selama 3 hari, dan Ica memberi alasan menginap di rumah Windy pada orang tuanya, tentunya Windy tahu. Maka Ica harus memanfaatkan waktunya sebaik mungkin.
Sesekali Ica melirik ke arah Alex yang terlihat fokus pada pekerjaannya lalu kembali menatap layar komputer.
"Kamu tenang saja, pihak kantor tidak akan tahu kalau kamu membuka data karyawan, aku sudah atur semua atas bantuan Clover." Ucap Edward saat Ica sibuk membuka data karyawan.
Ica percaya pada rekan-rekannya.
Jam istirahat, Ica lebih dulu keluar dari ruangan dan berencana akan keliling.
Ica mencoba menganalisa pegawai yang lain, ia ingin segera menemukan targetnya. Langkahnya terhenti saat memasuki kantin.
"Sarah!"
Ica menoleh ke samping, terlihat Jihan sedang duduk di salah satu kursi dan melambaikan tangan padanya. Ica segera berjalan menghampiri Jihan dan duduk di hadapannya.
"Mau makan siang?" Tanya Jihan.
Ica menggeleng sekilas, baru saja akan menjawab, sebuah suara terdengar dari earpiecenya, "jangan telat makan."
Ica mendesah pelan saat mendengar suara Ken, "maksudku ya, aku juga mau makan."
Jihan tersenyum sumringah dan membantu memesankan makanan untuk Ica.
Ditengah makan siang, mata Jihan terpaku ke salah satu pegawai yang langsung membuat Ica ikut menatap ke arah pandangan Jihan. Seorang pria muda, berkulit sawo matang, hidung mancung dan mata tajam, Ica seperti mengerti maksud Jihan.
"Kau menyukainya?" Bisik Ica membuat Jihan sedikit terkejut.
"Kau bercanda? Siapa yang tidak menyukainya Sarah?!" Sahut Jihan.
"Aku." Jawab Ica dengan nada santai.
"Ya karena kau belum tahu siapa dia!"
"Siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Enemy
Romance"Aku sudah sangat tidak menyukainya sejak kami masih memakai diapers!" -Angelica Wijaya- "Melihat wajah manisnya yang kesal karena ulahku, menjadi kesenangan sendiri untukku." -Kenneth Adhitama- -------------------------- Action - Romance