"Lo gila?!" Bisik Ken tidak percaya akan permintaan Ica.
"Nanti aja mujinya, sekarang yang penting bebas dulu."
"Ini kan gara-gara lo!"
"Hei kalian!"
Ica dan Ken menatap bersamaan pada pria yang memanggil mereka.
"Nama saya Ica om bukan hei atau kalian."
"Berani kamu ya?!"
"Ngga berani saya sama orang tua Om."
Pria tersebut menggeram kesal merasa diejek oleh Ica.
"Sebelum Om ngamuk, saya mau ke toilet dulu Om, udah ngga tahan nih."
Salah satu pria langsung memberi kode untuk membawa Ica.
"Tunggu tanda dari gue." Bisik Ica sebelum berdiri pada Ken.
Ica masuk ke dalam toilet, pria yang mengikutinya berjaga di pintu masuk. Baru saja Ica menghilang ke dalam toilet, ia keluar lagi dengan wajah takut.
"Om tolongin di dalam ada kecoa Om, saya ngga bisa pipis nih kalau ada kecoa!"
"Kamu jangan alasan ya!"
"Ish siapa yang alasan, beneran ini Om."
Pria tersebut menatap Ica curiga, "kamu berani sama saya tapi takut sama kecoa? Alasan sekali."
Ica memanyunkan bibirnya, "ih, kalau kecoanya kalem sih ngga apa, masalahnya yang ini mode terbang om." Ica memperlihatkan wajah jijiknya.
Pria tersebut akhirnya menurut masuk ke dalam toilet diikuti Ica dari belakang.
"Mana ke--"
Bruk.
Ica langsung memukul tengkuknya hingga tersungkur tak sadarkan diri.
"Lo kecoanya tau ngga!"
Ica mengambil senjata pria tersebut lalu berjalan keluar toilet. Mengeluarkan ponsel, mendial nomor dan menekan tombol hijau dilayar ponselnya.
"Ha--"
"Heh keong racun! lo baca sms gue ngga?! Kenapa polisi belum datang juga hah?!!" Bentak Ica dengan berbisik.
"Maaf maaf Master, gue baru aja buka hp, ini mau gue telpon!"
Windy langsung memutus sambungan dan Ica kembali fokus.
Ica mengintip dibalik dinding, suasana masih tegang.
Ken di tempatnya masih menunggu tanda dari Ica. "Mana sih tuh anak?!"
Tiba-tiba sebuah letusan terdengar bersamaan dengan robohnya seorang penjahat karena betisnya terkena peluru.
Suasana menjadi semakin panik, semua tawanan berteriak ketakutan. Ken memanfaatkan keadaan melumpuhkan salah satu penjahat lalu mengambil senjatanya.
"Kurang ajar!" Pekik geram salah satu penjahat.
"SEMUANYA TENANG!"
Semua mata tertuju pada pria yang tadi di tembak betisnya. Ica berdiri di sana memegang dua senjata menodongkan ke arah penjahat yang meringis sakit.
"Lepaskan semua tawanan atau teman kalian ini saya terbangkan ke akherat sekarang juga."
Pimpinan penjahat tersebut tersenyum mengejek.
"Ini serius!" Semua beralih ke Ken yang juga memiliki satu tawanan penjahat.
"Bocah bocah ini berani juga." Ejek si pemimpin.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Enemy
Любовные романы"Aku sudah sangat tidak menyukainya sejak kami masih memakai diapers!" -Angelica Wijaya- "Melihat wajah manisnya yang kesal karena ulahku, menjadi kesenangan sendiri untukku." -Kenneth Adhitama- -------------------------- Action - Romance