Part 62 - Sebuah Maaf

3.5K 185 4
                                    

Ica merosot ke lantai bersama Ken yang masih memeluknya erat. Sebuah ringisan terdengar dari bibir Ken sekilas. Ken tidak bersuara membuat Ica semakin takut.

"K–Ken!"

Ken mengeratkan pelukannya membuat Ica terdiam.

"Tenanglah, gue ngga apa." Bisik Ken.

"Apanya yang ngga apa?! Lo itu kena––"

"Shhhh––"

Ken melepaskan pelukannya dari Ica, lalu menurunkan resleting jaket hitam yang dipakainya. Terlihat sebuah rompi anti peluru terpasang ditubuhnya.

Ken sedikit terkejut melihat air mata Ica mengalir semakin deras ditambah isakan Ica yang terdengar jelas.

"Hei, lo kenapa nangis?" Ken menangkup kedua pipi Ica, lalu kembali memeluk Ica karena tangisan Ica semakin keras. Dengan lembut Ken mengusap rambut Ica agar gadis itu tenang.

"Gu–Gue takut lo kenapa-kenapa tau!" Ucap Ica ditengah isakannya yang mulai mereda.

Ken tersenyum kecil, "gue ngga akan kenapa-kenapa karena gue masih punya hutang sama lo."

Ica melepaskan pelukan Ken darinya, "hutang apa?"

Ken terkekeh kecil, "hutang maaf, maaf karena gue ngga percaya sama lo waktu itu, maaf udah berbicara dengan nada tinggi ke lo, maaf udah marah ke lo padahal lo ngga salah, maaf untuk semuanya Ca."

Ica mengangguk dan tersenyum kecil, "gue udah ngga marah kok."

Ken tersenyum lega mendengarnya, mencium sekilas kening Ica lalu membantunya berdiri. Ken langsung menghubungi Thomas mengabarkan misi mereka berhasil.

Selanjutnya Ken dan Ica meninggalkan gedung membawa gadis kecil yang disandera untuk dibawa kepada Thomas, karena Thomas yang akan mengurus sisanya.

Ica mendekati Ken yang sedang duduk di ruang rapat markas sambil menatap jaket yang tadi dipakainya.

"Kenapa?" Tanya Ica setelah memberikan sebuah kaleng minuman yang sengaja dibawanya untuk Ken.

"Lo inget jaket ini?"

"Ini jaket yang lo pake tadi kan?"

Ken mengangguk sekilas, "selain itu?"

Ica berpikir sejenak, "ini jaket yang pernah lo pinjemin ke gue waktu gue ada tanding basket?"

Ken terkekeh kecil, "iya bener, ini jaket kesayangan gue," Ken menatap robekan di bagian punggung jaket tersebut yang disebabkan oleh peluru yang diterimanya tadi untuk melindungi Ica.

"Lo sih lagi misi malah pake jaket kesayangan, yah mau ngga mau ada resiko begini lah."

Ken tersenyum kecil, "ngga apa deh, nanti gue simpen aja tetep jadi kesayangan."

"Memangnya itu pemberian orang yang berharga?"

Ken menggeleng.

"Terus kok bisa jadi kesayangan?"

"Soalnya pernah dipakai sama orang yang berharga."

"Siapa?" Tanya Ica dengan wajah polos.

Ken terkekeh, "nih orangnya," Ken menjawil hidung Ica sekilas. Pipi Ica merona karena ucapan dan sikap Ken barusan.

Ken menangkup kedua pipi Ica yang masih merona, menatapnya gemas, "gue kangen banget sama si malaikat chubby gue ini!" Lalu memeluk erat Ica, membuat wajah Ica semakin memerah dan speechless.

Ica menenggelamkan wajahnya di dada Ken, menghirup dalam aroma Ken yang ia akui sangat dirindukannya selama beberapa hari ini. Ica sebenarnya sudah tidak lagi menyimpan rasa kesal pada Ken namun karena Daffa, jadi Ica menahan diri untuk tidak mengahambur ke pelukan Ken seperti ini selama beberapa hari kemarin.

My Dearest EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang