Sudah beberapa hari ini tidak ada lagi preman yang menyerang Ica. Namun Ica masih merasa dirinya selalu diawasi saat berada di sekolah.
Seperti pembicaraan sebelumnya, pulang sekolah hari ini mereka berkumpul di rumah Ken.
"Gue buatin minum dulu." Ucap Ken setelah timnya duduk di kamarnya.
"Gue bantuin." Ica segera menyusul Ken.
Selagi Ken membuatkan minuman, Ica memeriksa lemari es pacarnya itu.
"Itu ada bolu keluarin aja Ca."
"Baru aja gue mau ngomong." Ica mengeluarkan kotak bolu yang dikatakan Ken.
Ken terkekeh, lalu berjalan dan berdiri di belakang Ica, melingkarkan lengannya di leher Ica, "mana lagi yang mau di keluarin?"
Ica menyandarkan tubuhnya pada Ken, "ini buah gue bawa juga yah."
"Iya ambil aja."
Merasa sudah cukup persiapan, Ica membawa makanan yang diambilnya dan Ken membawa nampan berisi beberapa gelas dan teko berisi jus buatannya.
Tim Delta duduk berkumpul setelah Ica dan Ken kembali ke kamar.
"Jadi, apa nih kapten yang mau dirapatkan?" Tanya Daffi.
Ica meneguk sedikit jusnya lalu bersiap untuk bicara, "pertama gue akan kasih tau siapa orang yang selama ini kita cari."
"Lo udah tau Ca?"
Ica menatap Ico dan mengangguk.
"Jadi siapa?" Tanya Ken yang duduk di samping Ica.
"Kemarin gue minta Windy buat menyelidiki orang ini, karena kalau gue yang menyelidiki malah bahaya. Dan gue udah dapet infonya, dia ini namanya Rezka, dia dulunya merupakan bendahara OSIS dan saat ini sekelas dengan kak Tama. Gue sih ngga terlalu kenal sama anaknya cuma waktu ketemu postur tubuhnya memang sama. Gue ngga tau ya waktu itu dia nyadar apa ngga aku perhatikan."
"Lalu yang buat lo yakin dia orangnya?" Tanya Daffi.
"Nah seperti yang gue bilang kalau kemarin gue minta Windy menyelidiki, sebenarnya yang Windy temui di perpus itu adalah kak Tama."
Semua menatap Windy sejenak.
"Tapi tenang aja, kak Tama ngga akan bilang ke yang namanya Rezka kalau gue tanya-tanya soal dia kok." Sela Windy.
Ica mengangguk, "sebenarnya malam sebelumnya gue udah hubungi kak Tama dan bilang kalau besoknya akan ada temen gue yang bakal ketemuan sama dia, dan gue juga minta kak Tama untuk ngga kasih tau pertemuan mereka ke siapa-siapa, tapi kemarin Windy berhasil meyakinkan lagi ke kak Tama buat kasih info yang pasti."
"Tapi kalau master udah bilang ke dia kenapa kak Tama masih nanya keperluan gue ketemu dia kemarin?" Windy memanyunkan bibirnya.
Ica terkekeh, "ngga papa Win, mungkin emang kak Tama belum terlalu paham maksud gue minta lo temuin dia kemarin."
"Kak Tama ngga ada tanya tujuan lo tanya-tanya soal temennya?" Tanya Daffa.
"Ada, dan gue janji setelah ini beres gue bakal jelasin, tenang aja karena gue cuma akan menjelaskan soal Rezka bukan soal misi kita kok, semuanya sudah diatur di sini." Ica menunjuk kepalanya sambil tersenyum kecil.
"Oke," Jeff mengangguk, "bisa kak Ica lanjut jelaskan soal orang bernama Rezka ini?"
"Tentu," Ica membenarkan posisi duduknya, "Jadi Rezka ini tinggalnya tidak jauh dari sekolah, bukan dari keluarga berada. Ayahnya seorang pegawai swasta namun saat Rezka kelas 11 semester 2, Ayahnya terkena PHK, sejak saat itu perekonomian keluarganya merosot drastis. Rezka juga sering bermasalah pada jabatannya, dia sering mencuri uang OSIS namun kaka Tama selalu melindunginya jadi pihak sekolah tidak pernah tahu masalah yang Rezka buat. Hanya anggota inti OSIS lah yang tahu."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Enemy
Romance"Aku sudah sangat tidak menyukainya sejak kami masih memakai diapers!" -Angelica Wijaya- "Melihat wajah manisnya yang kesal karena ulahku, menjadi kesenangan sendiri untukku." -Kenneth Adhitama- -------------------------- Action - Romance