Part 117 - Gue Percaya...

2.5K 165 14
                                    

Hari terakhir class meeting.

Ica berjalan menyusuri koridor sekolah. Di sebelahnya, Arga berjalan menyamai langkah Ica, tugasnya selama tiga hari ini adalah menjadi asisten Ica seperti jabatannya di OSIS sebagai sekretaris.

"Ga, hasil lomba kemarin udah lo satuin dengan yang hari pertama kan?" Tanya Ica.

"Udah kok Ca, tinggal yang hari ini aja."

Ica mengangguk, "oke sip."

Seorang siswa tiba-tiba berlari ke arah Ica.

"Kak Ica!"

Siswa itu merupakan salah satu adik kelas Ica yang pernah bermasalah dengan beberapa siswa di sekolah Andrew, dia Deva.

"Kenapa Dev?" Tanya Ica setelah Deva berdiri di depannya.

Deva mengatur nafasnya sejenak, "Itu kak, ada sedikit masalah di lapangan futsal."

"Masalah apa? Salah paham atau ribut karena ngga terima kalah? Tapi bukannya pertandingan futsal udah kemarin?"

Deva menggeleng, "bukan kak, jadi tim aku lagi iseng main sama tim kakak kelas, tapi malah jadi ribut."

"Sebabnya?" Tanya Arga yang sejak tadi menyimak.

"Temenku, Sakti, dia ngga sengaja buat salah satu kakak kelas cidera. Sakti udah minta maaf tapi kakak kelas itu ngga mau terima, malah ajak kami ribut."

Ica meniup sekilas poni yang menutup keningnya, "apa kalian ngga bisa beresin sendiri?"

Deva menggeleng, "kalau bisa, aku ngga mungkin samperin kak Ica."

"Kamu ngga cari panitia lain?"

Deva kembali menggeleng, "kebetulan waktu aku lagi cari panitia, aku liatnya kak Ica."

Ica menoleh sejenak ke arah Arga lalu kembali menatap Deva, "ayo ke sana." Ica lebih dulu berjalan, disusul Arga dan Deva.

Sesampainya di gedung lapangan futsal, Ica langsung menuju ke tengah lapangan di mana seorang siswa sedang memaki salah satu junior. Siswa yang lain berusaha sedang menahan siswa yang mengamuk itu agar tidak memukul junior di depannya.

"Ada apa ini?"

Semua menoleh bersamaan ke arah Ica.

"Kak Ica." Gumam siswa bernama Sakti yang menjadi korban caci maki senior di depannya.

"Ketua OSIS ngga perlu ikut campur." Ucap siswa tersebut dengan nada songong.

"Justru karena gue ketua OSIS jadi gue berhak ikut campur, kecuali kalian ribut di luar sekolah tanpa memakai seragam sekolah kalian." Balas Ica dengan nada dingin dan menatap tajam siswa yang seangkatan dengannya itu.

Ica menatap Sakti yang sudah terlihat lesu dan takut, "apa bener lo ngga sengaja bikin dia cidera?"

Sakti mengangguk, "sumpah kak aku ngga sengaja, aku juga udah minta maaf."

Tatapan Ica beralih pada siswa seangkatannya, "dan lo ngga mau maafin dia?"

"Iya lah!" Sahut siswa itu dengan nada tinggi, "gue hajar dulu dia baru gue maafin!"

Ica tersenyum miring, "kalo gitu lo hajar gue aja."

Semua yang berada di sana cukup terkejut dengan ucapan Ica.

"Lo serius Ca?" Bisik Arga.

"Gue serius kok, gue ngga takut sama banci yang cuma bisa menyelesaikan masalah dengan otot! Lagian kalian liat sendiri kan kalau Sakti udah minta maaf dengan tulus, tapi seniornya ini lebih senang kalau ototnya dulu yang bergerak!"

My Dearest EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang