Part 127 - Hilang

2.5K 160 13
                                    

Suasana pagi lebih ramai dari biasanya saat Ica membuka pintu rumah. Beberapa warga terlihat berjalan terburu-buru ke arah yang sama.

Ica menatap timnya dengan tatapan bingung.

"Ada posyandu kali Master." Terka Windy asal.

"Lo ngga liat tadi ada bapak-bapak udah tua jalan sendiri juga ikutan lewat? Tuh bapak mau imunisasi juga?" Ica menatap Windy dengan tatapan datar.

Windy memamerkan cengirannya, "ya udah kita cek aja dulu."

Ica lebih dulu berjalan diikuti timnya menuju ke salah satu rumah yang terlihat ramai.

"Galih--" Ica mempercepat langkahnya menuju Galih yang sudah menoleh padanya, "ada apa?" Tanya Ica.

Galih terlihat tidak seperti biasa, ekspresinya sangat tidak tenang, "kejadiannya terulang lagi." Jawab Galih lalu kembali mengalihkan tatapan ke arah pintu rumah yang sudah tertutupi warga.

Terdengar suara tangisan seorang wanita, Ica bisa menebak suara siapa itu.

"Jadi--" Windy menatap Ica yang sedang sibuk berpikir lalu beralih pada Daffa.

Daffa memegang lembut pundak Windy, "tenang." Hanya itu yang bisa Daffa ucapkan sekarang. Ia tidak ingin timnya turut dalam kepanikan, mereka harus mulai fokus saat ini.

"Rencana tetap dilaksanakan." Bisik Ica pada tim Delta lalu beranjak pergi setelah menarik pergelangan tangan Jeff.

"Ayo Win." Ajak Daffi, Windy mengangguk singkat kemudian mengikuti Daffi.

"Kita juga." Ken berjalan ke arah lain bersama Ico dan Daffa.

Hari ini mereka memang sedang tidak mengajar, Ica sengaja meliburkan sekolah dengan ganti memberikan tugas aktifitas untuk mengisi libur murid-muridnya.

"Jadi sakit masal dan anak hilang ini masih berkaitan?" Tanya Jeff sambil berjalan di samping Ica.

Ica bersidekap memasang wajah berpikir, "kemungkinan begitu, ada kaitannya antara dua kejadian ini. Sepertinya kita harus semakin serius menyelidikinya sekarang."

"Gue yakin malam ini akan ada ronda kembali untuk mencegah anak selanjutnya hilang."

Ica mengangguk setuju lalu menghentikan langkahnya.

Jeff menatap bingung Ica kemudian mengikuti arah pandang Ica. Ke klinik dokter Anwar.

"Kenapa Kak?"

Ica menggeleng sekilas, "hanya ada pasien baru lagi sepertinya."

"Kakak yakin?"

Ica mengangguk, "anak itu kan salah satu murid juga, dan kemarin masuk kelas."

Jeff memperhatikan dengan teliti anak perempuan yang sedang duduk bersama Ibunya di depan klinik.

"Iya bener." Gumam Jeff.

"Sepertinya wabah penyakitnya belum hilang." Ica kembali melanjutkan langkahnya diikuti Jeff.

"Lo tau penyakit apa yang dialami para anak perempuan itu?"

"Soal itu masih gue selidiki kak, sebenarnya gue belum pernah denger penyakit yang pilih-pilih gender."

Ica tersenyum kecil, "mungkin penyakitnya jenis jantan."

👊👊👊

"Kayaknya itu ibu-ibu yang kehilangan putrinya pagi ini ya Fi?" Tanya Windy menatap ke arah kerumunan warga yang berjalan menuju kantor kepala desa. Di barisan paling depan terlihat pasangan pria dan wanita paruh baya, sang wanita nampak tidak dalam keadaan baik. Wajahnya sembab seperti habis menangis.

My Dearest EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang