Seringkali kita harus berpikir cepat dalam keadaan yang sangat mendesak. Tidak banyak orang bisa melakukannya, namun sekarang ini Ica harus melakukan hal itu.
Windy sedang menjadi sandera dengan pisau sudah berada di depan lehernya. Ica harus mampu melumpuhkan Anwar bersamaan dengan menyelamatkan Windy.
Otak Ica berpikir keras menyiapkan rencana penyelamatan dadakan. Segera setelah menemukannya, Ica mengkomando timnya. Mereka harus bergerak secepat mungkin untuk mengecoh Anwar.
Resikonya mungkin cukup besar namun Ica yakin ini akan berhasil.
DOR!
Satu tembakan Ica mengenai pergelangan kaki Anwar membuat Anwar kehilangan fokus karena rasa sakit di kakinya.
Ico dan Ken segera melumpuhkan rekan Anwar yang berdiri di samping Anwar. Daffa mengambil Windy karena Anwar sempat lengah sedangkan Ica melayangkan pukulan ke wajah Anwar namun Anwar mampu menghindar bahkan menangkis pukulan Ica.
Keduanya terlibat perkelahian. Ken dan Ico berhasil melumpuhkan rekan Anwar sedangkan Daffa berhasil mengamankan Windy.
Sial! Kakinya ternyata pakai pelindung! Batin Ica melihat pergerakan Anwar masih lincah seperti tidak terluka sama sekali.
"Gue yakin lengahnya tadi hanya karena kejut dari tabrakan peluru Ica dan pelindung kakinya." ucap Ico setengah berbisik pada Ken.
Ken terus mengawasi Ica yang masih bergulat dengan Anwar.
Keduanya saling memberi jarak sebentar untuk mengatur nafas. Ica melarang siapapun untuk membantunya. Saat ini Anwar sedang memegang pisau, ia tidak ingin ada yang terluka jika ikut membantu Ica bertarung.
"Ada apa Nona? Terkejut melihatku bisa mengimbangi kemampuanmu?"
Ica tersenyum miring, "kau pasti anak dari wanita yang terbunuh di hutan ini kan? Kamu sengaja membuat semua ini untuk membalas dendam karena kasus mengenai ibumu ditutup begitu saja oleh kepala desa." Ica mendapatkan info ini dari Jeff. Selagi Ica dan yang lain menyelamatkan Windy dan para anak-anak desa, Jeff mencari tahu mengenai kasus yang terjadi di hutan ini lalu mengatakannya pada Ica.
"Diam!" Geram Anwar.
"Menculik anak-anak perempuan, membuat suara dan hantu palsu bahkan membuat cerita mengenai ibumu sendiri hanya untuk menakuti warga."
"Aku bilang diam! Aku tidak pernah mengarang cerita ini! Si kepala desa sialan itu yang menyebarkan rumor palsu!!"
"Kamu menyebarkan virus buatanmu yang hanya akan menyerang anak perempuan lalu memberikan obat yang membuat mereka terhipnotis dan datang ke hutan ini seorang diri."
Anwar tertawa cukup keras, "ya! Aku yang melakukannya! Aku sengaja melakukan hal itu agar seluruh warga tau rasanya kehilangan keluarga yang paling mereka cinta!!"
"Lalu apa bedamu dengan mereka?"
"JANGAN SAMAKAN AKU DENGAN PRIA SIALAN ITU!!" Anwar kembali menyerang Ica. Memberikan beberapa pukulan yang berhasil Ica tangkis dan kembalikan.
"Bersabar semua, polisi sedang dalam perjalanan."
Pada akhirnya, Ica berhasil melumpuhkan Anwar hingga pria itu tak sadarkan diri.
Ica tersenyum kecil, tubuhnya melorot ke lantai. Ken melihatnya dan segera menangkap Ica.
"Ca!" Ken cukup terkejut melihat darah segar mengalir dari perut Ica.
"Tenang aja," Ica meringis sebentar menahan sakit, "ini cuma tergores, dia ngga berhasil nusuk gue tadi."
"Tapi ini sama aja luka Ca!" Pekik Ico.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Enemy
Romansa"Aku sudah sangat tidak menyukainya sejak kami masih memakai diapers!" -Angelica Wijaya- "Melihat wajah manisnya yang kesal karena ulahku, menjadi kesenangan sendiri untukku." -Kenneth Adhitama- -------------------------- Action - Romance