Part 81 - Anggrek 503

2.9K 159 6
                                    

Ica kembali ke ruangan Mamanya setelah mendapat data yang diperlukannya. Selagi Mamanya belum kembali, Ica duduk di kursi kerja Mamanya dan mengambil secarik kertas serta pena.

"Baiklah," Ica merenggangkan tangannya lalu mengambil pena, "sekarang gue harus urutkan dulu dari kamar terjauh sampe yang paling dekat dari sini, biar ngga bolak balik."

Ica menyalakan kembali ponselnya, masuk ke menu note, di mana dirinya mencatat semua nomor kamar tadi dan mulai menulis.

"Lumayan juga ada 15 kamar," Ica menatap kertas yang sudah ditulisnya, "ini kan--"

Ceklek.

Ica segera melipat kertasnya lalu menyimpan di saku jaketnya.

"Mama udah selesai?" Tanya Ica begitu sang Mama kembali.

"Iya, mama udah selesai periksa semua pasien mama, yuk pulang udah sore."

Ica mengangguk dan tersenyum lalu membantu Mamanya beres-beres dan berjalan bersama ke lapangan parkir.

"Mama udah bilang ke Papa kan kalau pulang bareng Ica?" Tanya Ica setelah masuk ke mobil.

"Udah kok, tadi Mama langsung telpon Papa setelah temenin Ica makan."

"Sip," Ica tersenyum sumringah, lalu menjalankan mobil meninggalkan pelataran rumah sakit.

Ica langsung berbaring di kasurnya begitu masuk ke kamar. Memejamkan mata sejenak lalu mendudukan diri kembali di kasur. Ica mengeluarkan kertas yang berisi nomor-nomor kamar yang harus ia periksa besok.

Matanya tertuju pada salah satu kamar.

"Anggrek 503," gumam Ica, "ini kan kamar kakek tadi," Ica mengusap dagunya dengan telunjuknya, "oke, mau siapapun di kamar itu, tetap gue periksa." Ica memasukan kertas itu ke dalam tasnya lalu mandi.

Setelah mandi, Ica turun ke ruang makan untuk bergabung makan malam bersama kedua orangtuanya.

"Ico masih demam?" Tanya Kevan pada istrinya.

"Tadi aku periksa udah mendingan kok demamnya." Jelas Adis.

"Nanti Ica aja yang anterin makan malam sama obat Ico ya Ma."

Adis tersenyum dan mengangguk.

Selesai makan, Ica segera membawa sepiring bubur, teh hangat serta obat dalam satu nampan ke kamar Ico.

"Makan dulu kakak gue tercinta." Ica menaruh nampan yang dibawanya di atas nakas di samping tempat tidur Ico lalu membantu saudara kembarnya untuk duduk dan bersandar di kepala tempat tidur.

Perlahan Ica menyuapi Ico.

"Besok gue pinjem lagi mobil lo ya Co," ujar Ica setelah selesai membantu Ico makan.

"Lo pake aja Ca," sahut Ico dengan suara parau karena seharian ini kerjaannya hanya tidur di kamar.

"Sip deh!" Ica memberikan obat yang harus diminum Ico kemudian membantu kembali kakaknya itu berbaring.

"Lo istirahat aja, besok ngga usah dulu sekolah biar cepet sembuh." Ica mengambil kembali nampan berisi piring dan gelas kosong.

"Iya bawel." Ico memejamkan matanya agar kembali tidur. Ica melangkah perlahan meninggalkan kamar Ico dan pergi ke dapur untuk meletakan piring kotor lalu kembali ke kamarnya untuk beristirahat.

Paginya, seperti biasa Ica akan berangkat ke sekolah, namun seperti kemarin, ia hanya sendirian karena saudara kembarnya masih butuh istirahat, kata sang Mama.

Ica mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang lalu memarkirkan di parkiran sekolah.

"Lo lagi dapet misi master?" Bisik Windy yang sudah duduk di sampingnya. Ken belum muncul di kelas.

My Dearest EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang