Matahari belum terlihat cahayanya namun Ica sudah terbangun dari tidurnya. Hawa dingin terasa menyentuh kulit saat Ica membuka selimut yang sengaja dibawa meski sedang berada di dalam kamar. Sebenarnya bukan dirinya, tapi Ken lah yang membawakan selimut itu untuknya, dan ternyata memang sangat berguna.
Windy masih terlihat sangat nyenyak bergelung di dalam selimut. Perlahan Ica membuka pintu kamar dan berjalan keluar. Masih sepi, sepertinya baru dirinyalah yang bangun.
Suara pintu kamar di sebelah kamar Ica terdengar terbuka. Ica yang baru beberapa langkah menuju dapur langsung menoleh ke belakang.
"Udah bangun?"
Ica tersenyum kecil dan mengangguk menatap Ken yang berjalan mendekatinya dengan wajah baru bangun tidur.
"Gimana tidurnya? Nyenyak?" Tanya Ken mengusap lembut puncak kepala Ica.
"Iya, nyenyak kok, untung dibawain selimut. Makasih yah."
Ken tersenyum kecil, "iya, lo mau ke mana tadi?"
"Ke dapur, mau buat sarapan."
"Mau gue bantuin?"
Ica menggeleng sekilas, "lo mandi aja."
"Ngga deh, bentar lagi aja mandinya."
"Kenapa?"
"Gue yakin dingin banget kalo mandi sekarang." Ken mengusap kedua lengannya bersamaan.
Ica terkekeh pelan, "lemah ih, ya udah mau gue buatin minum?"
"Boleh." Ken merangkul pundak Ica, "yuk." Keduanya berjalan ke dapur.
Setelah membuatkan minuman hangat untuk Ken, Ica memasak sarapan untuk dirinya dan yang lain. Ken hanya duduk atas permintaan Ica dan menemani Ica mengobrol.
Hari semakin pagi dan yang lain sudah bangun. Semua bergantian mandi karena hanya ada satu kamar mandi di rumah ini. Usai semua mandi, barulah sarapan. Untungnya Windy sempat membawa beberapa bahan masakan untuk makan mereka selama berada di desa ini.
Baru saja selesai sarapan dan beres-beres sejenak, terdengar suara ketukan dari pintu masuk. Daffa yang memilih untuk membukakan pintu.
"Selamat pagi." Sapa seorang pria setelah pintu dibuka, "saya Galih, anak kepala desa yang akan mengantar kalian ke sekolahan."
Daffa mengangguk sekilas, "masuk dulu Mas."
Pria bernama Galih itu mengikuti Daffa dan duduk di ruang tamu.
"Sebentar ya Mas."
"Iya silahkan."
Daffa berjalan kembali ke dapur.
"Ayo siap-siap, anak kepala desa udah datang mau jemput kita."
Semuanya langsung menuju ke kamar masing-masing untuk bersiap dan pergi ke ruang tamu di mana Galih menunggu.
Galih langsung berdiri begitu Ica dan yang lain tiba di ruang tamu.
"Sudah siap?" Tanya Galih.
Ica mengangguk, "sudah kok Mas."
"Ayo langsung saja, setengah jam lagi sekolahnya dimulai."
Galih lebih dulu berjalan keluar rumah disusul Ica dan yang lain. Ken yang terakhir keluar untuk menutup pintu dan menguncinya.
Perjalanan ke sekolah ditempuh dengan berjalan kaki karena jaraknya yang memang tidak terlalu jauh.
"Oh iya, saya belum kenal nama-nama kalian." Ucap Galih di tengah perjalanan. "Boleh saya tau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Enemy
Romansa"Aku sudah sangat tidak menyukainya sejak kami masih memakai diapers!" -Angelica Wijaya- "Melihat wajah manisnya yang kesal karena ulahku, menjadi kesenangan sendiri untukku." -Kenneth Adhitama- -------------------------- Action - Romance