"Aku kira memonopoli cowo sedingin Ken itu susah lho ternyata sangat mudah cukup memanfaatkan Mamanya aja."
"Jadi lo––"
Senyum Risa semakin mengembang.
Ica terlihat menggeram menahan marahnya, "bilang sama gue, mau lo sebenernya apa?!"
"Simple aja kok," Risa menatap Ica dengan tatapan angkuh, "lepasin Ken buat aku."
"Lo––" Ica menahan untuk tidak mengumpat gadis dihadapannya saat ini.
"Sekarang pasti Ken bakal lebih percaya sama aku, jadi ngga ada alasan buat lepas dia, mau bukti?"
"Lo mau apa hah?!"
Mata Ica membulat saat melihat Risa dengan saja membenturkan sikunya ke dinding hingga memerah, terlihat sekali wajah Risa menahan sakit, kemudian gadis itu mendudukan dirinya dan memekik kesakitan.
Ken mengurut pangkal hidungnya saat mengingat kejadian yang direkam Windy di malam dirinya membentak Ica. Windy sengaja pergi saat itu ketika melihat Risa mengikuti Ica.
Sebenarnya Windy sadar jika Ica beranjak dari tempatnya namun Windy tidak ingin mengganggu, barulah ketika Risa membisikan sesuatu pada Ken dan meninggalkan ruangan, Windy mengikutinya.
Pagi ini Ken tidak bisa fokus pelajaran karena Ica sengaja pindah duduk di samping Windy dan Daffa duduk di sampingnya. Keduanya terdiam, Daffa tidak berniat menegur Ken dan Ken belum berani menegur Daffa.
Saat jam istirahatpun, Daffa langsung menarik Ica dan Windy untuk makan bersamanya. Hari ini Daffa benar-benar tidak sedikitpun melepaskan Ica dari pengawasannya.
"Lo yakin mau jaga Ica terus kayak gini?" Bisik Windy saat menunggu Ica di toilet.
"Gue mau buat Ken rasain apa yang Ica rasain beberapa hari kemarin." Sahut Daffa juga dengan nada berbisik, "lagipula Ica sekarang belum mau bicara dengan Ken." Lanjutnya.
Obrolan mereka terhenti saat Ica keluar dari toilet.
"Kalian yakin ngga merasa keganggu kalau gue ikut kalian terus?" Tanya Ica di jalan menuju ke kelas.
"Ya engga lah Master! Gue malah seneng, lagian nih ya emangnya gue ketemu Daffa cuma di sekolah aja? Jadi Master santai aja."
Daffa tersenyum kecil dan mengangguk. Ica ikut tersenyum, bersyukur memiliki mereka saat ini.
Ken terlihat frustasi di tempatnya, dirinya benar-benar tidak bisa berkutik saat ini, Ica terasa jauh darinya.
"Lo kalau mau bicara sama Ica, tunggu situasi membaik dulu deh." Ucap Ico yang mampir ke tempat duduk Ken bersama Daffi.
"Ico bener Ken, sekarang ini kalian bukan lagi kayak dulu, mungkin dulu kalian bisa puas saling ribut tapi sekarang ini status kalian kan beda, jadi kalau ada masalah juga rasanya berbeda." Timpal Daffi.
"Tapi lo ngga menyesal kan udah jadian sama Ica?"
"Ya enggalah!" Sahut Ken.
Ico mengangguk paham, "yaudah, ini kan pertengkaran pertama kalian sebagai pacar, anggap aja jadi pelajaran, karena gue yakin ngga selamanya hubungan tuh mulus-mulus aja kayak jalan tol."
Ico dan Daffi kembali ke kursi mereka saat Daffa dan dua gadis yang mengikutinya masuk ke dalam kelas.
Saat pulang sekolah, Ica sudah menghilang diantar oleh Daffa, sedangkan Windy masih di sekolah karena latihan karate. Hari ini Ica sedang absen.
"Suram amat muka lo." Tegur Windy saat bertemu Ken di depan ruang latihan karate.
"Ica absen?"
Windy mengangguk, "gue yang suruh dari pada ngga fokus latihan jadi gue bakal izinin ke pelatih kalau Ica lagi ngga sehat."
"Gue perlu bicara sama Ica tapi Daffa selalu jagain dia."
Windy terkekeh kecil, "Daffa emang gitu, kalau ada yang berharga buat dia, pasti bakal dia jaga."
Ken terdiam.
"Maksud gue, Daffa kan ngeliat sendiri gimana cara lo bicara waktu itu ke Ica, Daffa sebagai kakaknya Ica, maksud gue kakak sepupu, pasti merasa ngga terima apalagi setelah dia tau kejadian yang sebenernya. Daffa percaya sama Ica sejak sebelum dia melihat rekaman gue."
"Jadi sampai sekarang Daffa masih marah juga sama gue dan ngga bakal izinin Ica ketemu sama gue? Atau jangan-jangan mereka tukeran tempat duduk juga usul Daffa?"
Windy mengangguk.
Ken mendesah berat nafasnya.
Windy terkekeh dan berpamitan karena latihannya akan segera dimulai.
Ken memutuskan untuk pulang ke rumahnya.
"Kenapa kemarin kamu usir Risa Ken?" Tanya Anya saat melihat Ken masuk ke rumah.
"Dia ngadu sama mama?" Jawab Ken dengan nada dingin.
Beberapa hari ini sejak kemunculan keluarga Risa, Ken jadi sering melihat kedua orang tuanya di rumah, yang membuat Ken kesal adalah alasan orang tuanya di rumah bukan karena dirinya namun lebih karena bisnis sang Papa.
"Kamu ngga seharusnya mengusir Risa begitu, dia kan perempuan masa kamu suruh pulang sendirian, tadi mamanya telpon katanya Risa pulang nangis-nangis."
"Nangis beneran apa nangis sandiwara? Coba mama tanya dulu."
"Ken! Kenapa kamu bicara begitu?!"
"Asal mama tau, sekarang Ken dan Ica ribut karena dia! Dia itu cewe bertopeng Ma! Terserah mama mau lebih percaya anak orang atau anak mama sendiri, Ken udah ngga peduli." Ken berlalu pergi tanpa mendengar ucapan dari Anya. Ken segera mengunci dirinya di kamar.
Suara ketukan di pintu kamarnya mengalihkan Ken dari lamunannya.
"Boleh Mama masuk Ken?" Tanya Anya dengan nada lembut.
Ken membukakan pintu kamarnya dan membiarkan Mamanya masuk. Anya duduk di samping Ken, menatap sejenak anak tunggalnya.
Keduanya saling diam, Anya bingung harus mengatakan apa pada Ken.
"Mama dan Papa bisa kan ngga mencampurkan urusan bisnis dan pribadi?"
"Maksud Ken?"
"Ken tahu niat Mama baik menerima Risa di sini dan membuat Ken sering menemaninya, tapi sekarang ini Ken ada Ica Ma, apa Mama ngga tau bagaimana perasaan Ica melihat Ken lebih perhatian dengan cewe lain dari pada pacar Ken sendiri?"
"Iya mama paham, mama minta maaf sudah memaksakan kehendak Mama pada Ken, Mama suka kok sama Ica, dia anak yang manis, pintar, baik dan sopan, hanya Mama tidak enak dengan orang tua Risa yang sangat berharap Risa bisa dekat dengan Ken."
"Ken tau Ma, tapi apa Mama ngga bisa bilang kalau bisnis ya bisnis aja jangan melibatkan anak juga!"
Anya mengangguk dan mengusap puncak kepala Ken, "apa perlu Mama yang bicara dengan Ica agar kalian berbaikan?"
Ken menggeleng sekilas, "ini masalah Ken, Ken juga cowo Ma jadi Ken harus bisa menyelesaikan masalah Ken."
Anya tersenyum samar, kembali menatap Ken yang sudah bukan bayi kecilnya lagi. Anak laki-lakinya kini sudah dewasa.
Setelah terdiam kembali sebentar, Anya berpamitan pada Ken untuk mengerjakan hal lain.
Ken membaringkan badannya di tenpat tidur, menatap foto Ica yang menjadi wallpaper ponselnya. Ada rasa rindu menelusup ke hatinya saat menatap senyuman manis gadisnya itu.
Ia yakin Ica sangat sakit karena kejadian malam itu namun Ken belum mau menyerah untuk mendapatkan kata maaf dari Ica. Ia mau terus berjuang mendekatkan kembali jaraknya dengan Ica.
***
Akang Ken sedang galau diambekin Neng Ica... :'D
Yang penasaran nextnya tetep sabar menunggu yaaa...
See ya next part ^^Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Enemy
Romance"Aku sudah sangat tidak menyukainya sejak kami masih memakai diapers!" -Angelica Wijaya- "Melihat wajah manisnya yang kesal karena ulahku, menjadi kesenangan sendiri untukku." -Kenneth Adhitama- -------------------------- Action - Romance