Part 10 - Masalah

5.2K 278 0
                                    

Kejadian tadi cukup membuat kedua rival ini syok berat.

Semalaman Ica uring-uringan dikamarnya karena merasa kehilangan first kissnya yang berharga. Sedangkan Ken begitu sampai dirumah langsung membersihkan bibirnya sampai tujuh kali.

"Sial!" Umpat Ken di toilet kamarnya, "kenapa pake acara gue tangkep tuh anak!" Ken mengacak rambutnya frustasi.

"Kenneth! Cepat turun, makan malam!" Panggil sang Mama ditengah kesibukan Ken mengumpat dirinya sendiri atas kejadian siang tadi.

"Iya Ma," sahut Ken malas.

Hari ini orangtuanya sedang ada di rumah. Ken keluar kamar dan turun ke ruang makan. Sudah ada kedua orangtuanya sedang menunggunya.

"Bagaimana sekolahmu?" Tanya Hengky, Papa Ken.

"Biasa aja Pa kayak sekolah biasa." Jawab Ken datar.

"Ngga ada kendala kan?" Giliran Anya, Mama Ken yang bertanya.

"Ngga Ma."

Lalu suasana kembali hening.

Jarangnya intensitas pertemuan ketiganya membuat rasa canggung bagi Ken jika sedang berkumpul seperti ini.

Papa dan Mamanya orang yang super sibuk, sejak kecil Ken lebih sering bersama Tantenya, Cleo, adik dari Mamanya.

Usai makan malam, Ken langsung pamit ke kamarnya. Ken sudah terbiasa dengan keadaan ini sejak ia kecil. Jumlah kepulangan orangtuanya ke rumah bisa dihitung dengan jari, maka sudah lumrah jika malamnya mereka makan bersama dan esok paginya kedua orangtuanya sudah pergi lagi sebelum Ken bangun. Mungkin beberapa minggu lagi baru akan terjadi pertemuan keluarga yang canggung ini kembali.

Di rumah, Ken hanya tinggal bersama dua asisten rumah tangga yang bertugas mengurus rumah dan makannya serta satpam yang menjaga gerbang rumahnya.

Ken masuk ke kamar dan kembali melakukan ritual pengumpatannya. Beralih dari masalah rumahnya, Ken bingung bagaimana besok jika bertemu dengan Ica. Ia yakin gadis itu sama syoknya dengan dirinya terlihat bagaimana ekspresi musuhnya siang tadi.
.
.

Mobil Ken sudah terparkir di ruang parkir sekolah. Setelah menimbang beberapa detik, akhirnya Ken masuk ke gedung sekolahnya. Hari ini dirinya berencana untuk tampil seolah tidak terjadi apa-apa kemarin.

Ken masuk ke dalam kelas yang masih terlihat sepi. Hanya satu dua orang disana, belum terlihat musuh bebuyutannya datang.

Baru saja Ken duduk di kursinya, beberapa suara obrolan cukup keras terdengar mendekat ke arah pintu kelas.

Ico, Daffa dan Daffi. Ketiga saudara ini baru datang. Belum terlihat batang hidung Ica.

"Ayolah Masterrr!! Mau yaaa ya yaaaa!!"

"Ogah Win! Gue sibuk!"

Ken menatap kembali kearah pintu kelas setelah Ico dan kedua sepupunya duduk di kursi mereka. Terlihat Ica masuk bersama murid atau sahabatnya.

Saat Ica masuk tatapannya dan Ken sempat bertabrakan, namun Ica lebih dulu membuang pandangannya dan terlihat salah tingkah. Sedangkan Ken berusaha senormal mungkin.

"Lo sakit master?"

Ica menahan tangan Windy yang akan menyentuh keningnya, "gue sehat walafiat!" Lalu duduk di kursinya tanpa melihat Ken kembali.

"Jadi gimana master? Mau ya temenin gue nanti pulang sekolah??"

"Gue ada latihan Win!" Tolak Ica.

"Habis latihan deh." Windy masih belum menyerah.

Ica menghela nafasnya lalu menatap sahabatnya ini, "O-G-A-H-- OGAH!"

My Dearest EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang