Part 6

5.3K 295 2
                                    

Ica masuk ke kelas dengan emosi. Windy tidak dapat menenangkan masternya karena amarah Ica sudah luar biasa saat ini.

"HEH!" Ica mencengkram kerah baju Ken yang baru saja duduk di kursinya.

Seperti sudah menjadi hal biasa, Ken hanya bersikap santai menghadapi kemarahan Ica.

"LO KAN YANG BUANG BUKU TUGAS GUE?!!"

"Atas dasar apa lo nuduh gue?"

"GUE PUNYA SAKSI MATA YANG LIAT LO BUANG BUKU GUE TADI PAGI!! NGAKU LO ATAU GUE--"

"Angelica Wijaya!"

Ica dan Ken bersamaan menatap ke arah pintu kelas.

"Mampus Pak Galih!" Windy menepuk keningnya.

Pak Galih masuk dan menghampiri Ica serta Ken, "Apa-apaan ini?! Teriak-teriak kayak di hutan, lalu sedang apa kalian? Mau berantem? Sudah jadi jagoan di sini?!"

Ken melepas tangan Ica dari kerah bajunya.

"Bukan Pak!"

"Jangan menjawab saya Angelica!"

"Kan tadi Bapak nanya?"

"Sudah berani membantah guru kamu?"

Ica hanya bisa mengumpat dalam hati. Semakin kesal, pagi tadi dia harus dihukum hormat bendera selama dua jam pelajaran karena tugasnya hilang dan sekarang dimarahin guru lagi.

"Kamu Angelica, pulang sekolah nanti temui saya di kantor guru."

"Tapi Pak--"

"Jangan membantah!"

Ica menatap tajam pada Ken setelah Pak Galih keluar dari kelas lalu kembali ke kursinya.

Ken masih memasang wajah tanpa dosanya membuat Ica semakin berang.
.
.

"Kamu itu ketua OSIS, seharusnya jadi contoh bukannya malah bikin ulah!"

Inilah kenapa gue males banget jadi ketua OSIS.

"Saya punya alasan Pak kenapa saya marah!"

"Apa alasanmu?"

"Kenneth Adhitama, pagi tadi dia membuang buku tugas saya ke tempat sampah dekat toilet putri dan karena dia saya dihukum di lapangan upacara Pak!"

"Kamu punya saksi?"

"Ada Pak!"
.
.

Ica duduk dikantin dengan wajah kesal. Saksi yang dibawanya menghadap Pak Galih tidak mengakui padahal sebelumnya dia yang bilang sendiri bahwa Ken pelakunya.

"Dasar pengkhianat!" Geram Ica.

"Perlu gue hajar ngga master?"

"Lo mau jadi sasaran amukan Pak Galih juga?"

Nyali Windy langsung menciut.

"Si curut itu mulai ngajak main api sama gue, sekarang gue paham tujuan dia buat gue masuk OSIS. Ular memang!"

"Master ngga ada niat buat balas dia?"

"Ada kok, tenang aja." Senyum iblis Ica keluar.

"Beneran dibalas ngga nih? Nanti ngga jadi lagi kayak kemarin-kemarin." Protes Windy.

"Berisik!" Ica bangkit dari kursinya lalu keluar kantin. Windy berlari kecil menyusul langkah cepat Ica.
.
.

"Senpai," seorang junior Ica datang saat dirinya baru saja duduk istirahat dari latihan karate.

"Ada apa?"

"Ada yang nyari di luar."

Ica mengangguk lalu melangkah keluar gedung latihan.

My Dearest EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang