Part 19

4.3K 242 4
                                    

"Dove berhasil selamat." Ucap Ken lewat earpiecenya.

Ica menghela nafasnya lega. Pria tadi sudah terkapar pingsan di sampingnya dengan lengan mengeluarkan darah segar dan memar di kepala belakang karena pukulan keras Ken.

Ken memakaikan jaketnya pada Ica lalu membantunya berdiri namun Ica menolak.

"Kayaknya kaki gue terkilir deh gara-gara serangan balik tadi."

Ken membuka sepatu boot Ica dan memeriksa pergelangan kaki rivalnya, sedikit memerah, Ica sampai meringis sakit saat Ken menyentuhnya.

"Jangan dipegang pea!" sungut Ica sambil memukul lengan Ken, membuat Ken tersenyum tipis.

Ken memapah Ica berdiri dari tempat tidur, bersamaan dengan datangnya Edward dan Andrew untuk membawa pria tersebut.

"Pelan-pelan lho, ini sakit." Gerutu Ica.

Ken melirik sekilas gadis disampingnya lalu menggendongnya.

"Heeehhh!!" Pekik Ica.

"Lo diem aja, gue males nungguin lo jalan!"

Ica menatap datar Ken yang kembali berjalan meninggalkan klub lewat pintu belakang.

"Lo ngga apa Ca?" Tanya Ico panik setelah Ica dan Ken sampai di dalam Van.

"Cuma terkilir dikit kok Co."

Ico bernafas lega. Van berjalan menuju markas kembali.

"Kerja bagus Ca!" Puji Ed setelah kaki Ica diobati oleh Emma. Ica tersenyum kecil.

"Ngga sia-sia deh malunya master." Windy memamerkan deretan giginya.

"Iya ngga sia-sia malu sama terkilirnya." Gerutu Ica.

"Kalian bisa beristirahat sejenak selagi kita mencari siapa Phyton itu." Ujar Thomas.

Tim Delta mengangguk bersamaan.

Lindsay dan Emma membantu Ica kembali ke kamar untuk beristirahat.

"Ide gilamu ini persis dengan ide Lindsay dulu." Ucap Emma sesampainya mereka di kamar.

Ica menatap Lindsay.

"Ya sudah cukup lama, tak perlu dibahas." Lindsay berpamitan ke kamarnya. Lindsay satu kamar dengan Windy.

"Sepertinya kenangan buruk ya?" Tanya Ica setelah Lindsay pergi. Emma mengangguk dan duduk disamping Ica.

"Sangat buruk, jangan bahas lagi dengannya ya."

Padahal tadi dia yang bahas. Batin Ica.

"Dia hampir diperkosa, hal itu membuat Landon hampir membunuh tersangka, namun berhasil ditahan Ed." Kenang Emma.

"Mereka saudara? Maksudku Landon dan Lindsay?"

Emma mengangguk, "mereka saudara, bukan kembar hanya beda satu tahun."

Ica mengangguk paham dan tak ingin membahas lagi, masa lalu buruk seseorang.
.
.

"Pagi." Sapa Windy berjalan ke arah ruang makan. Sudah ada tim Delta di sana.

"Pagi." Sapa Ico dan yang lain bersamaan.

"Lho master gue mana?!" Windy menatap satu persatu tak ada Ica sama sekali.

"Gue pikir lo yang jemput." Sahut Ico.

Windy mendesis sebal, "mana gue tau kalo master belum keluar, gue samperin dulu deh."

"Biar gue aja, gue ngga yakin lo kuat bantu dia jalan sendirian." Ucap Ken sambil berdiri dari kursinya.

"Maksud lo adek gue gendut?" Sungut Ico tak dihiraukan Ken.

My Dearest EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang