"A-Alex?"
Alex menatap Ica dengan tatapan datar seperti biasanya.
"Lo kenapa bisa di sini?"
"Diamlah, nanti bisa ketahuan." Ucap Alex dan Ica menurut.
"Ada apa Dove?" Tanya Ken dengan nada heran.
"Nothing, tunggu saja." Bisik Ica.
"Oke."
"Rekan lo?"
Ica mengangguk sekilas sambil mengawasi keadaan. Eric dan pria itu masih di tempat yang sama, tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Ica menonaktifkan sejenak alat komunikasinya.
"Jadi, kenapa lo ke sini?" Tanya Ica.
"Melakukan apa yang lo lakukan."
"Maksud--"
"Nanti saja tanyanya," sela Alex, "ini lebih penting sekarang."
Ica menatap kesal Alex lalu kembali mengintip ke arah Eric. Pria yang tadi berbicara dengan Eric sudah naik ke salah satu mobil lalu beranjak pergi.
"Kalian ikuti pria itu," ucap Ica setelah menyalakan kembali alat komunikasinya, "aku serahkan bagian itu pada kalian."
"Kau berhati-hatilah di sana." Ujar Edward.
"Tentu."
Ica mengeluarkan pistol di saku celananya dan mengecek pelurunya, begitupula Alex. Ica menatap bingung pria di sampingnya ini.
"Lo mau apa?" Tanya Ica dengan nada berbisik.
"Lakukan saja apa yang mau lo lakukan sekarang."
Ica berdecak sebal lalu kembali menyimpan pistolnya. Ica berdiri dan berjalan keluar dari persembunyiannya.
Eric nampak terkejut akan kedatangan Ica yang tiba-tiba.
"Sarah?"
Ica tersenyum kecil, "selamat siang Pak Eric, apa yang anda lakukan di sini?"
Eric ikut tersenyum, "bertemu teman lama, kamu sendiri apa yang--"
"Hanya mengikuti seseorang." Ica masih memasang senyumannya.
Eric belum mengerti maksud ucapan Ica.
"Langsung saja tanpa mau buang waktu, katakan apa yang tadi kalian lakukan tuan Eric?"
"Kalian? Kalian siapa maksudmu?"
"Aku sudah lihat semuanya Tuan Eric, anda tidak perlu berkelit lagi akui saja jika anda memiliki hubungan dengan Phyton dan beberapa menit lalu anda baru saja melakukan transaksi ilegal."
Eric terlihat sedikit terkejut lalu memasang seringaian kecil, "oh jadi kau sudah mengetahui semuanya."
"Tidak, aku hanya menebak dan asal bicara, anda yang mengakuinya."
Eric kembali terkejut kemudian terkekeh, "kau pintar juga," Eric merogoh saku belakangnya dan mengeluarkan pistol yang langsung diarahkan pada Ica, "kalau begitu aku harus menutup mulutmu lebih dulu."
"Jangan buru-buru."
Ica mengurungkan niat mengambil pistol disakunya saat mendengar suara yang tidak asing lagi baginya dari belakangnya.
Eric tersenyum sumringah membuat Ica langsung membalikan badannya.
Phy-Phyton?
"Kau masih mengingatku nona muda?"
Ica menatap tajam pria tersebut, "bagaimana kau bisa disini?!"
Phyton terkekeh, "aku ini ular, aku licik dan cerdik serta licin, jadi kau harus membunuhku jika tidak ingin melihatku lagi. Tapi--" Phyton menatap dalam manik Ica, "bermimpilah untuk melakukannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Enemy
Romance"Aku sudah sangat tidak menyukainya sejak kami masih memakai diapers!" -Angelica Wijaya- "Melihat wajah manisnya yang kesal karena ulahku, menjadi kesenangan sendiri untukku." -Kenneth Adhitama- -------------------------- Action - Romance