Part 94 - Ngantuk Berat

2.5K 160 17
                                    

"Win!"

Windy hampir saja berteriak kalau Ica tidak segera memanggilnya.

"Lo kenapa heh?"

Windy membalikan badannya lalu menatap Ica dengan wajah lega, "lo dari mana sih master? Trus kenapa tangan lo dingin gini?" Windy melepaskan genggaman Ica dan memegang telapak tangan Ica.

"Gue tadi habis lari ke sana," Ica menunjuk arah di mana dirinya menghilang tadi, "udaranya juga dingin makanya tangan gue dingin gini."

"Terus tadi lo cari apaan? Kenapa tiba-tiba jadi aneh?"

Ica mendekatkan badannya pada Windy, "kayaknya gue liat hantu sekolah."

Bulu kuduk Windy kembali berdiri lalu menjauhkan dirinya dari Ica, "lo jangan becanda lagi, ngga lucu tau master!"

"Gue serius Win," wajah Ica kembali berubah seperti tadi, matanya melirik ke sekitar mereka, membuat rasa takut Windy yang sempat hilang kembali muncul.

"Me-Mendingan kita pulang deh master, yah, yah. Nanti kalau ada penjaga sekolah liat kita bisa bahaya."

"Kayaknya dia udah pergi," Ica bergumam sendiri namun Windy masih dapat mendengarnya.

"Duh master lo beneran bikin gue takut." Windy mengusap tengkuknya sambil menatap sekitar. Tidak ada siapapun kecuali mereka berdua.

"Ayo kita pulang dulu Win." Ica menarik kembali pergelangan tangan Windy ke arah gerbang belakang sekolah.

Suasana hening di dalam mobil setelah Ica menjalankan mobilnya menuju rumah Windy. Jam yang terpasang di dashboard sudah menunjukan pukul 10 malam.

Windy ingin bertanya namun dirinya takut jika cerita Ica semakin membuatnya tidak ingin pulang sekarang.

"Lo besok mau temenin gue ke sekolah lagi?" Tanya Ica tiba-tiba.

"Heh? Kenapa Master?"

Ica menoleh sekilas ke arah Windy, "jawab aja."

"Y-Ya gue mau tau dulu tujuannya apaan?"

"Nyari setan." Jawab Ica dengan nada datar.

"Gue serius master."

"Gue dari tadi juga ngga ada becanda Win, gue serius, tapi lo jangan bilang dulu sama yang lain, gue cuma mau memastikan dulu aja."

Windy mengangguk ragu, "o-oke."

¤¤¤

Malam berganti pagi, Windy berangkat ke sekolah dengan mata mengantuk. Berkat Ica, semalaman dirinya jadi susah untuk tidur, dan baru dapat menutup mata saat menjelang subuh.

"Lo ngapain aja semalam?" Tanya Daffa melihat Windy bertopang dagu di sampingnya dengan wajah lesu. Tadi pagi Windy berangkat sekolah dengan taxi jadi Daffa baru melihat wajah mengantuk Windy saat di kelas.

Windy melirik sejenak Ica yang terlihat biasa saja di tempat duduknya, tidak seperti dirinya yang terlihat berantakan, lalu kembali menatap Daffa, "ngga apa kok, cuma susah tidur aja."

Daffa mengangkat satu alisnya, "kenapa?"

Windy menggeleng sekilas, "gue mau tiduran dulu ya Fa," lalu menenggelamkan wajahnya diantara kedua lengannya.

"Izin ke UKS aja, bentar lagi guru masuk, kalo ketahuan tidur yang ada lo diusir ntar."

Windy membenarkan ucapan Daffa, "tapi ini masih jam pertama, masa gue udah izin ke UKS."

"Siapa suruh berangkat kalau tau lagi ngga fit gini?"

Windy menunduk lesu, "iya maap gue salah."

My Dearest EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang