Hari ketiga pasca bazar, hari Senin. Ica bersama anggota OSIS dan perwakilan tiap kelas berkumpul di jam pulang sekolah di ruang OSIS untuk menghitung hasil pengumpulan dana yang mereka dapatkan.
Untuk hal ini, Ica serahkan pada Vika dan Rado yang menghandle rapat.
"Oke, setelah kita bagi dan dikumpulkan yang untuk acara bakti sosial jadi totalnya segini." Vika menunjukan selembar kertas pada Ica yang langsung diterima dan dibaca.
Ica mengangguk mengerti setelah membaca isi kertas tersebut.
"Nanti Sandra dan Arga yang akan mengarahkan dana yang kita kumpulkan ini, untuk seluruh perwakilan kelas, terima kasih atas partisipasinya dalam acara ini, semoga di event selanjutnya akan lebih baik lagi."
Semua di dalam ruangan bertepuk tangan setelah Ica menutup rapat mereka siang itu.
Setelah semua bubar, tinggalah Ica dan anggotanya di ruangan.
"Kalian berempat," Ica menatap Vika, Sandra, Rado dan Arga bergantian, "nanti serahin rincian pengeluaran dan pemasukan bazar kemarin ke gue ya, karena kita harus serahkan laporan."
"Siap bu ketua!" Sahut Rado.
"Laksanakan!" Timpal Sandra.
"Dan lo Ken," tatapan Ica beralih pada Ken yang duduk di sampingnya, "kasih ke Sandra rincian donatur yang lo dapet kemarin."
"86!" Ucap Ken singkat membuat Ica menatapnya datar.
"Ya sudah, rapat siang ini selesai, tinggal atur tanggal pelaksanaan bakti sosialnya, mungkin akhir pekan ini, nanti kita bagi kelompok berdua-dua untuk penyerahannya ke panti-panti asuhan yang sudah kita list agar lebih ringan pekerjaannya."
Semua mengangguk setuju. Ica lebih dulu meninggalkan ruangan disusul Ken dan yang lainnya.
"Lo ada latihan?" Tanya Ken dijalan menyusuri koridor sekolah.
Ica mengangguk, "iya, Windy pasti udah duluan."
"Gue tunggu di dalam ruangan aja ya, ada Daffa juga kan?"
Ica kembali mengangguk, "gue ganti baju dulu, lo langsung aja ke sana."
"Oke." Ken mengusap sejenak puncak kepala Ica lalu berlari kecil menuju ruang latihan karate.
Daffa dan Windy terlihat sedang mengobrol di pinggir lapangan, Ken langsung menghampiri keduanya.
"Master gue mana Ken?" Tanya Windy begitu Ken duduk di samping Daffa.
"Lagi ganti, bentar lagi juga muncul."
Beberapa menit kemudian, Ica muncul langsung memberikan tasnya pada Ken. Kedatangan Ica bersamaan dengan pelatih mereka masuk ke dalam ruangan.
"Gue latihan dulu ya." Pamit Ica pada Ken, demikian juga Windy pada Daffa.
"Sip." Sahut Daffa dan Ken bersamaan.
"Lo dulu pernah kepikiran bakal menjalin hubungan kayak gini sama Ica?" Tanya Daffa sambil memperhatikan Windy dan Ica yang tengah latihan.
Ken menatap sejenak Daffa lalu berpaling ke tengah lapangan, "ngga ada sama sekali, dulu gue cuma berpikir kalau mengganggu Ica dan membuatnya naik darah itu hal yang menyenangkan, ngga ada terpikir kalo akhirnya membuat dia bahagialah yang jauh lebih menyenangkan."
"Lo sendiri?"
Kali ini tatapan Daffa tertuju hanya pada Windy, "gue pernah bilang sama Windy kalau gue ngga akan pernah suka sama dia, dan sekarang gue termakan sama ucapan gue sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Enemy
Storie d'amore"Aku sudah sangat tidak menyukainya sejak kami masih memakai diapers!" -Angelica Wijaya- "Melihat wajah manisnya yang kesal karena ulahku, menjadi kesenangan sendiri untukku." -Kenneth Adhitama- -------------------------- Action - Romance