Pulang sekolah, Ica dan yang lain berkumpul di ruang OSIS karena sedang tidak dipakai jadi Ica memanfaatkan untuk melanjutkan obrolan grup semalam.
"Jadi bagaimana?" Tanya Windy membuka percakapan.
"Gue janji bakal kabarin Andrew secepatnya." Sahut Ica.
"Apa lo mau terima permintaan omnya?" Tanya Ico pada saudari kembarnya.
Ica nampak berpikir, ia masih mempertimbangkan. Ia sebenarnya ingin saja menolak namun saat mengingat wajah memohon Thomas membuatnya bimbang.
"Kalau memang lo mau bantu omnya Andrew, kita di sini bakal dukung lo Ca." Ucap Daffa, semua mengangguk kecuali Ken.
"Bener Master! Meski terdengar sulit masuk diakal gue, tapi gue bakal selalu dukung lo Master, bahkan ikut lo!"
Ica tersenyum kecil mendengar pernyataan Windy.
"Kalau lo terima, kita bakal ada disamping lo." Ucap Daffi.
"Kita pasti bisa jadi tim yang hebat!" Timpal Ico.
Ica kembali tersenyum sumringah, merasa berat dipundaknya mulai berkurang karena dukungan dari teman-temannya.
"Lagipula, kita kan ngga akan dilepas begitu aja, beliau bilang kalau akan melatih kita." Ujar Daffi, Ica mengangguk membenarkan.
"Melatih apa?"
Ica dan yang lain menatap bersamaan ke arah pintu ruang OSIS.
Ica menghela nafas sambil mengusap dadanya karena sempat terkejut.
"Lo bikin gue kaget Jeff." Ucap Ica.
Jeff, adik sepupunya, berjalan masuk setelah menutup pintu.
"Sorry, gue ngga sengaja lewat." Sahutnya dengan nada datar. "Kalian sedang membicarakan apa?"
Semua di sana saling berpandangan, apakah akan menceritakan pada Jeff meski mereka akui Jeff sangat berbakat untuk membantu mereka.
"Gue bakal ceritakan, asal lo bisa jaga rahasia ini Jeff." Ujar Ica.
"Oke."
Cerita kembali mengalir dari mulut Ica, Jeff hanya diam ditempat duduknya menyimak cerita kakak sepupunya.
"Gue ikut."
Semua menatap Jeff tak percaya, terutama Ica. Yang lain masih berpikir semalaman sebelum menjawab namun Jeff tanpa perlu menunggu langsung setuju.
"Lo yakin Jeff?" Tanya Ica memastikan.
Jeff mengangguk yakin, "ya."
"Baiklah." Ica mengeluarkan ponselnya, mendial nomor yang didapatkannya kemarin.
"Hallo Ca." Sapa suara diseberang.
"Gue dan tim mau ketemu Om lo Drew."
.
."Saya senang mendengar kalian setuju akan permintaan saya, dan saya lihat timmu ini sangat berpotensi Ica."
Ica tersenyum mendengar ucapan Thomas yang ia anggap sebagai pujian.
"Kalian akan dilatih setiap jam pulang sekolah, apa kalian perlu saya meminta izin pada orang tua kalian?"
"Tidak perlu, kami bisa memberi alasan nanti pada mereka."
Thomas mengangguk mendengar ucapan Ken.
"Akan saya perkenalkan besok salah satu anggota tim agen saya yang mengikuti saya ke Indonesia."
Setelah membuat kesepakatan, mereka berpamitan pulang. Namun bukannya pulang, Daffa mengajak semuanya berkumpul di rumahnya.
Mereka berkumpul di kamar Daffa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Enemy
Romansa"Aku sudah sangat tidak menyukainya sejak kami masih memakai diapers!" -Angelica Wijaya- "Melihat wajah manisnya yang kesal karena ulahku, menjadi kesenangan sendiri untukku." -Kenneth Adhitama- -------------------------- Action - Romance