Acara pertandingan persahabatan sudah selesai. Satu jam lalu Ica menutup acara. Para panitia sudah membereskan beberapa dekorasi dan pulang ke rumah masing-masing.
Ica, Windy, Ken dan Daffa, baru saja akan pulang. Ica menggamit lengan Ken dan bersandar di sana. Ken tersenyum kecil mengusap lembut puncak kepala Ica.
"Badan gue rasanya remuk semua." Keluh Ica.
"Gue juga." Timpal Windy yang berjalan dibelakang mereka juga bersandar manja di lengan Daffa.
"Mau ke mana kalian?"
Ica dan yang lain menghentikan langkah mereka, dihadapan mereka, Lolita dan 5 pengawalnya menghadang.
"Ca, gue udah bilang bakal cari lo kan, dan–" Lolita melirik ke belakang Ica, "wah ada muridnya juga ternyata, tapi keperluan gue cuma sama lo aja kok."
Ica melepas rangkulannya di lengan Ken, "lo masih ngga puas juga?"
"Gue belum puas sebelum buat lo dibawah gue."
"Gue udah bilang kan ngga berniat buat berantem di sekolah."
Lolita terkekeh, "tenang aja, gue bukan orang susah kok, gue bakal sediakan tempat aman buat itu."
"Gue ngga berniat."
"Jangan salahin gue kalo gue bakal usik lo terus atau orang sekitar lo." Lolita tersenyum miring membuat Ica jengah. Ica sangat malas meladeninya saat ini karena badannya sedang sangat lelah membuat moodnya sedang tidak baik.
"Gue mau malam ini juga karena kalo besok mungkin akan beda cerita." Lanjut Lolita.
"Oke, kalau lo kalah, lo harus janji untuk lenyap dari pandangan gue dan jangan pernah ganggu gue atau siapapun yang berhubungan dengan gue!"
"Fine! Tapi kalau gue menang––" Lolita menatap Ken dengan senyum penuh arti, "cowo lo buat gue!"
Ica menggeram kesal, "Dia bukan barang taruhan!"
Lolita terkekeh, "terserah, gue harap lo ngga lupa kalau gue bisa menghalalkan segala cara untuk mendapat apa yang gue mau."
Ica nampak berpikir, ia tidak bisa membuat Ken menjadi taruhan pertarungannya kali ini.
Ica menatap Ken saat Ken meraih tangannya dan menggenggamnya erat seolah memberikan kekuatan pada gadisnya.
"Baiklah." Putus Ica.
"Bagus, kalian ikuti mobil gue."
Semua masuk ke mobil masing-masing. Selama perjalanan Ica hanya diam menatap ke luar jendela.
Ken tidak tega melihat Ica, wajah Ica terlihat sangat lelah, Ken mengerti posisi Ica saat ini, kalau dirinya berada di posisi Ica pasti akan merasakan hal yang sama.
Ingin rasanya Ken memutar arah mobilnya membawa Ica pulang dan membuat Ica istirahat, namun Ken tahu sekarang bukan itu yang gadisnya mau.
"Gue janji––"
Ica menatap Ken, "Gue janji ngga akan biarin lo jadi bahan taruhan Ken."
Ken tersenyum hangat membuat Ica tenang, "gue percaya sama lo Ca."
Ica mengangguk dan tersenyum.
Mobil mereka berhenti di depan sebuah gedung. Ica dan yang lain berjalan masuk mengikuti Lolita. Terlihat isi gedung tersebut sebuah tempat berlatih beladiri.
"Gue bakal jelasin sebelumnya, ini pertandingan campur, lo mau pake jurus taekwondo lo atau karate lo itu terserah, karena anak buah gue juga dari beberapa ilmu beladiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Enemy
Любовные романы"Aku sudah sangat tidak menyukainya sejak kami masih memakai diapers!" -Angelica Wijaya- "Melihat wajah manisnya yang kesal karena ulahku, menjadi kesenangan sendiri untukku." -Kenneth Adhitama- -------------------------- Action - Romance