Ica langsung berjalan ke kursinya begitu masuk ke dalam kelas dan meletakkan tasnya di sana. Kelas belum terlalu ramai, Ico masih berada di kantin karena setelah memarkirkan mobilnya tadi, kakak kembarnya itu mengatakan ingin membeli beberapa cemilan. Pagi tadi sarapannya kurang memuaskan akibat dirinya bangun kesiangan.
Beberapa menit kemudian, Windy muncul di ambang pintu kelas dan berjalan masuk sambil menganggukan kepalanya kemudian duduk di kursinya.
Ica menatap heran muridnya itu, namun sayup-sayup terdengar suara Windy seperti sedang menyanyi.
"Baby Shark doo doo doo doo doo, Baby Shark doo doo doo doo doo, Baby Shark--"
Tatapan heran Ica berubah menjadi tatapan datar. Ia tau apa yang sedang Windy senandungkan itu, semalam gadis itu mengiriminya video lagu anak-anak yang sedang hitz menurut Windy saat ini, bahkan mengajak Ica membuat video tariannya untuk di post di youtube.
Dan tentu saja dengan senang hati Ica menolaknya.
Ica segera berjalan ke arah Windy dan melepas salah satu headsetnya. Windy langsung menoleh.
"Ih master ganggu aja nih." Protes Windy.
"Mana si kembar?" Tanya Ica tak menggubris protesan Windy lalu duduk di kursi Daffa.
"Masih di kantin, mau ketemu Ico katanya."
"Gue mau minta tolong sama lo."
Windy mematikan pemutar musik ponselnya dan menyimpannya beserta headsetnya di tas. "Apaan master?"
Ica melirik ke sekitarnya lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Windy, "gue mau lo menyelidiki seseorang hari ini, dan lo laporin apa aja yang bisa lo laporin ke gue soal orang itu."
Windy melirik Ica yang sudah kembali ke posisinya.
"Tapi siapa master?"
"Nanti bakal gue kasih tau siapa." Ucap Ica lalu kembali ke kursinya karena Ken sudah tiba di kelas.
Windy kembali melirik ke arah Ica yang kini sedang mengobrol dengan Ken. Apa master udah ketemu sama pelakunya?
Jam istirahat, Windy memisahkan diri dari timnya atas permintaan Ica pagi tadi. Windy mengatakan akan ke perpustakaan dan melarang Daffa mengikutinya.
Windy tidak berbohong, dirinya memang benar-benar ke perpustakaan. Namun yang dicarinya bukanlah buku tapi seseorang. Dan Windy menemukannya di sudut perpustakaan sedang sibuk menulis sambil membuka buku yang refrensinya.
"Kak Tama."
Cowok bernama Tama itu menoleh dan menatap Windy.
"Kamu--"
"Aku Windy kak, temennya Ica."
Tama mengangguk, Tama merupakan ketua OSIS yang lama sebelum digantikan oleh Ica.
"Ada apa Win?"
"Kakak lagi belajar buat ujian ya kak? Boleh Windy ganggu bentar ngga?" Windy memberikan cengirannya.
Tama terkekeh, kalau saja Windy tidak jatuh cinta pada Daffa pasti saat ini sudah kesensem sama cowo di depannya. Senyumnya itu manis menurut Windy.
"Duduk sini." Tama menepuk kursi disampingnya yang kosong. Dan Windy menurut. Beruntung Tama sedang sendirian, jadi tidak akan ada yang mengganggu saat ini.
Tama meletakan pena yang dipegangnya lalu menatap Windy, "jadi ada perlu apa nih?"
"Cuma mau tanya beberapa hal aja kak, bisa kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Enemy
Romance"Aku sudah sangat tidak menyukainya sejak kami masih memakai diapers!" -Angelica Wijaya- "Melihat wajah manisnya yang kesal karena ulahku, menjadi kesenangan sendiri untukku." -Kenneth Adhitama- -------------------------- Action - Romance