Part 84 - Luka

3.2K 167 18
                                    

"Ah ya boleh aku minta tolong sesuatu?"

"Tentu."

"Besok pagi aku mau ke sekolah."

Edward menaikan satu alisnya, "tapi lukamu--"

Ica menoleh ke samping membalas tatapan Edward dengan tersenyum, "aku yakin besok pagi sudah lebih baik, Carter sendiri yang mengatakan kalau lukaku tidak terlalu parah kan?" Ica kembali menatap Thomas, "boleh kan bigboss?"

Thomas menatap Ica sejenak lalu menatap Edward yang masih berdiri di samping kursi roda Ica, kemudian kembali menatap Ica, "baiklah, pulang sekolah kamu harus kembali ke sini untuk pemeriksaan."

Ica tersenyum sumringah dan mengangguk, "terima kasih bigboss!"

Thomas mengangguk, "bawa kembali Ica ke kamarnya untuk istirahat."

"Baik bigboss," Edward mendorong kursi roda Ica meninggalkan ruangan Thomas.
.
.
.

"Demi apa lo nekat buat masuk sekolah master?!" Saat kelas sepi di jam istirahat, Windy langsung menghampiri Ica yang masih di kursinya.

"Gue ngga mau izin terlalu lama dari sekolah," jawab Ica sekenanya.

"Tapi luka lo--"

Ica menoleh pada Ken, "pulang sekolah nanti gue balik lagi ke markas buat dicek kok."

Tim Delta yang mengelilingi Ica hanya dapat menghela nafas.

Ica menatap anggotanya satu persatu, "dari pada kayak gini mending beliin gue makan, atau kalian mau gue jalan sendiri ke kantin?"

"Eh!" Ken langsung berdiri dari kursinya, "lo ngga boleh kemanapun sampai pulang, kalau perlu gue yang bakal gendong lo nanti ke parkiran, jadi sekarang lo mau makan apa?!"

Ica menahan diri untuk tidak tersenyum karena tingkah Ken barusan, "gue mau nasi goreng aja sama jus jeruk."

"Oke! Windy, jagain Ica di sini!"

"Siap bos!"

"Ico, lo juga di sini jagain mereka, Daffa dan Daffi ikut gue ke kantin!"

"Oke," jawab ketiganya bersamaan.

Ica terkikik geli setelah Ken dan si kembar Daffa Daffi pergi.

"Lo kalo nikah sama Ken, udah pas dia jadi kepala rumah tangga yang baik Master," Windy terkekeh.

"Jauh bener omongan lo."

Windy tercengir, "habis protektif banget gitu."

"Biar aja," kata Ico, "berarti dia laki-laki yang tanggung jawab."

Windy mengangguk setuju, "betul!"

"Eh tapi luka lo emangnya ngga sakit master?"

"Sedikit sih, kata Carter yang penting gue ngga bergerak berlebihan ngga apa."

Windy mengangguk, "bisa jadi alasan Ken gendong lo dari ke kelas ke parkiran tuh." Lalu terkekeh, begitupula Ica.

"Oh iya Co," Ica menoleh pada Ico yang sedang asik memainkan ponselnya, "lo udah sehat?" Ica menyentuhkan telapak tangannya di kening Ico.

"Kalau gue belum sehat ngga bakal di sini Ca."

"Siapa bilang?" Sela Windy, "nih master gue belum sehat nekat sekolah."

Ico menurunkan tangan Ica dari keningnya, "itu mah dia aja yang kerajinan."

Ica menatap datar saudara kembarnya, "yah alasan kita izin kan beda Co."

My Dearest EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang