Menjelang ujian kenaikan kelas, Ica lebih memforsir belajarnya karena beberapa waktu sering tidak masuk sekolah untuk menjalankan misi, maka Ica segera mengejar pelajarannya.
Meski sudah dapat diyakinkan bahwa peringkatnya tidak akan mudah digeser, namun Ica belum puas.
"Udah kali Ca belajarnya," ucap Ico yang sejak satu jam lalu berbaring di kasur Ica.
Ica tidak menggubris dan sibuk mengerjakan setiap soal latihan dari buku tebal dihadapannya.
Ico menghela nafasnya lalu melangkah ke arah Ica, mendekatkan wajahnya ke telinga Ica, "Angelica."
Dengan satu tangan, Ica menjauhkan wajah Ico darinya, "nanggung ini masih beberapa soal lagi Co." Ucapnya tanpa menoleh.
Pasrah, Ico kembali ke kasur Ica dan berbaring di sana. Jam sudah menunjukan hampir tengah malam, dan sudah lebih dua jam Ica belum bergerak dari meja belajarnya sejak usai makan malam.
"Lo udah cerdas Ca, ngga perlu terlalu forsir belajar." Ucap Ico namun kembali tak digubris, "yah terserah deh." Ico menatap langit-langit kamar Ica, rasa kantuk mulai menghinggapi namun Ico tak berniat kembali ke kamarnya, akhirnya terlelap.
Ico kembali membuka matanya saat mendengar suara weker yang cukup nyaring. Ico ingin bangun untuk mematikan namun tubuhnya tertahan. Ico membuka lebih lebar matanya dan mendapati Ica masih terlelap di sampingnya dengan kedua tangan memeluk pinggangnya.
Ico menghela nafas sejenak lalu perlahan mematikan weker Ica lalu membangunkan adik kembarnya.
"Ca, bangun Ca." Bisik Ico.
"Hn--" bukannya bangun, Ica justru mengeratkan pelukannya di pinggang Ico.
Ico menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "lo tidur jam berapa sih semalam?"
Baru saja Ico akan melepas rangkulan Ica, adiknya itu sudah melepasnya lebih dulu dan bangun. Dengan mata sayu, Ica turun dari kasur dan masuk ke kamar mandi.
Ico kembali menghela nafasnya lalu kembali ke kamarnya.
"Ica begadang lagi semalam?" Tanya Kevan melihat putri bungsunya yang lesu di tengah sarapan.
"Iya Pa." Jawab Ica sambil mengunyah rotinya.
Adis dan Kevan saling berpandangan, kemudian Adis lebih dulu beralih pada Ica, "besok Mama ngga mau Ica begadang lagi ya, belajar memang penting, tapi kesehatan jauh lebih penting."
Ica mengangguk singkat dan menghabiskan sarapannya.
Selama di jalan ke sekolah, Ica memejamkan matanya dan Ico tetap fokus menyetir tak berniat mengganggu.
"Kayaknya semalam hulk habis menumpas kejahatan sampe kurang tidur dan punya mata panda." Sindir Ken setelah Ica duduk di sampingnya.
Tangan Ica langsung terulur dan menarik gemas salah satu pipi Ken.
"Eehhh... iya ampun Ca, becanda doang gue."
Ken langsung mengusap pipinya yang terasa melar dan panas setelah Ica melepasnya.
"Ciee pagi-pagi diamukin hulk," ledek Windy.
Ica langsung menatap Windy dengan tatapan horor.
"Eehhh master, gue juga becanda kok," Windy menunjukan cengiran serta menaikan jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk V.
"Lo mau ke UKS aja?" Tanya Ken dengan nada lembut.
Ica menggeleng sekilas tanpa menatap Ken.
"Udah gih izin aja dari pada ketiduran di kelas." Ujar Daffa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Enemy
Dragoste"Aku sudah sangat tidak menyukainya sejak kami masih memakai diapers!" -Angelica Wijaya- "Melihat wajah manisnya yang kesal karena ulahku, menjadi kesenangan sendiri untukku." -Kenneth Adhitama- -------------------------- Action - Romance