Windy terbangun dengan nafas terengah-engah. Tangannya menyentuh dada kirinya, merasakan jantungnya berdetak lebih cepat seperti habis lari maraton.
"Win," Seseorang menyentuh pundak Windy.
Windy menoleh ke sumber suara, "Da-Daffa."
Daffa menatap cemas gadisnya. "Lo mimpi buruk?"
Windy terdiam mengingat apa yang ia mimpikan tadi. Tidak bisa dipungkiri bahwa kejadian yang menimpahnya beberapa waktu lalu masih membekas di alam bawah sadarnya. Meski dirinya masih terlihat ceria, namun jika malam Windy masih dihantui mimpi buruk.
Daffa menyentuh kedua pipi Windy, lalu menyeka keringat dingin yang membasahi kening gadis yang kini sudah berstatus pacarnya itu.
"Lo jangan takut, ada gue di sini, oke?"
Windy mengangguk.
"Ini di mana?" Windy melihat sekitar, ruangan yang tak asing baginya.
"Ini ruang UKS."
Windy mendelik menatap Daffa, "kenapa gue bisa di UKS?"
Daffa menaikan satu alisnya, "lo kena amnesia? Lo sendiri yang minta dianterin ke UKS dengan alasan ngantuk."
Windy menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia baru ingat saat jam istirahat meminta Daffa menemaninya ke UKS karena semalaman dirinya tidak bisa tidur, takut mengalami mimpi buruk.
"Udah mulai pelajaran ya Fa?"
"Udah jam pulang ini." Jawab Daffa dengan nada datar.
Windy memanyunkan bibirnya, "kenapa lo ngga ke kelas aja tadi, kan jadinya bolos satu pelajaran gara-gara gue."
"Udah ngga apa." Daffa mengusap puncak kepala Windy, dirinya sengaja membolos satu pelajaran karena tidak ingin meninggalkan Windy sendirian di UKS.
"Ayo kita mau jenguk Ica."
"Heh?? Master kenapa?"
"Tadi jam istirahat dia salah makan, alerginya kambuh dan langsung dibawa Ico dan Ken ke rumah sakit."
"Kalo gitu ayo buruan jenguk!" Windy segera melompat dari kasur UKS yang cukup tinggi dan akan berlari keluar, namun tangannya ditahan oleh Daffa.
"Duduk." Perintah Daffa membuat Windy kembali duduk di atas kasur UKS.
"Lo mau jenguk Ica tanpa pake sepatu gini?"
Windy melirik kakinya yang menggantung di tepi kasur hanya memakai kaos kaki lalu memberikan cengiran pada Daffa, "lupa."
Windy akan kembali turun untuk mengambil sepatunya namun Daffa menahannya.
Perlahan Daffa memakaikan satu persatu sepatu Windy membuat wajah Windy merona melihat perlakuan Daffa padanya.
"Ah gue berasa main di drama DOTS deh," Windy memegang kedua pipinya.
"Dots bayi?" Tanya Daffa datar setelah memakaikan salah satu sepatu Windy.
Windy menatap sinis pada Daffa, "DOTS itu singkatan dari Descendants of the Sun! Bukannya dots bayi tapi drama korea! ihh Daffa mah ngga update!" Ucap Windy gemas menatap Daffa yang sedang memakaikan sepatunya yang satu lagi.
"Gue ngga suka nonton yang kayak gitu." Sahut Daffa dengan nada datar sambil membantu Windy turun.
Windy berdecih sebal mendahului Daffa meninggalkan ruang kelas.
"Wah putri tidur kita udah bangun?" Ujar Daffi begitu Daffa dan Windy masuk ke kelas untuk mengambil tas mereka.
Windy juga memberikan tatapan sebalnya pada Daffi kemudian berjalan ke bangkunya untuk membereskan tasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Enemy
Romansa"Aku sudah sangat tidak menyukainya sejak kami masih memakai diapers!" -Angelica Wijaya- "Melihat wajah manisnya yang kesal karena ulahku, menjadi kesenangan sendiri untukku." -Kenneth Adhitama- -------------------------- Action - Romance