Part 32 - Pertandingan (2)

3.7K 216 2
                                    

Ica menggeliat di kasurnya karena ketukan pintu kamarnya.

"Ca buruan bangun! Kan lo ada pertandingan lagi hari ini!" Pekik Ico diluar kamar Ica.

Ica melirik jam di ponselnya.

"Tuh anak kesurupan ya, ini masih jam 4!"

Ica berjalan malas membuka pintu karena Ico belum berhenti memanggilnya.

"Apa sih?!" Gertak Ica.

"Kan lo ada pertandingan lagi Ca! Udah jam berapa ini?!"

Ica langsung menyalakan layar ponselnya dan menghadapkan ke wajah kakak kembarnya.

"Jam berapa coba?"

"Eh kok masih jam 4? Jam dikamar gue--"

Ica memutar bola matanya jengah, "makanya perhatiin baik-baik itu jam masih hidup apa udah minta dikubur?!"

Ica kembali menutup pintu kamarnya dengan kesal. Jatah tidurnya yang masih ada dua jam lagi terbuang karena kakak kembarnya.

Ia memaksa kembali tidur sebentar setelah memastikan alarmnya akan berbunyi satu setengah jam lagi.

Jam setengah 6 Ica kembali bangun dan mandi lalu mempersiapkan seragam dan keperluan lainnya. Seragam yang kemarin sudah kotor jadi hari ini Ica memakai seragam keduanya.

Ica keluar kamar setelah memakai seragam basketnya serta jaket milik Ken menuju ruang makan untuk sarapan dan berpamitan.

Tidak hanya tim Ica, tim Carlos juga masuk ke semi final.

Kedua kalinya hari ini, Carlos mengurungkan niat duduk di samping Ica karena Ken sudah berada di sana.

Ica jadi was was karena tau sekolah yang menjadi lokasi pertandingan adalah sekolah Galang.

Semi final dimulai oleh pertandingan basket putra. Hari ini pertandingan digabung di satu gedung lapangan indoor.

Tim basket putra sekolah Ica berhasil menembus final. Ica tak heran mengingat bagaimana kemampuan tim basket putra sekolahnya, termasuk kemampuan Carlos si kapten.

Usai semi final putra, dilanjut semi final putri.

Ica melakukan pemanasan ringan dipinggir lapangan.

"Sudah siap?" Tanya Ica pada timnya, semua mengangguk bersamaan. "Kita lakukan yang terbaik untuk Cendrawasih!" Lalu melangkah ke tengah lapangan.

Ica berhasil meraih bola pertama yang dilempar wasit ditengah lapangan lalu mendribelnya ke arah ring lawan. Belum sampai di daerah lawan, Ica segera mengoper ke rekan terdekatnya karena dirinya disudutkan.

Selama pertandingan, Ica mengatur strategi yang bisa dibaca oleh timnya. Pelatih mereka mengatakan bahwa kerjasama mereka sangat baik selama ini, bahkan Ica mampu membuat strategi-strategi bagus untuk pertandingan. Tidak heran jika Ica berhasil membawa timnya masuk ke babak final.

"Woooo!" Sorak Ica sambil berjalan ke pinggir lapangan.

"Kalian nanti akan berhadapan dengan tuan rumah," terang pelatih, "harus waspada karena saya dengar mereka cukup kuat."

"Kami akan berusaha semaksimal mungkin Coach!" Ucap Ica dengan nada yakin.

Pelatih tersenyum kecil melihat semangat anak didiknya.

Pertandingan terus berlangsung. Setelah pertandingan final putra usai, kini pertandingan final putri.

Ica membenarkan ucapan sang pelatih. Sepertinya lawan mereka cukup tangguh. Namun itu tidak menciutkan nyali Ica dan timnya.

My Dearest EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang