"Anak buah lo ikutan Ca?" Tanya Ico mengemasi barangnya bersiap berangkat refreshing seperti yang mereka rencanakan beberapa hari lalu untuk weekend ini.
"Iya dia maksa ikut."
Ico mengangguk, "ngga apa deh biar makin rame makin seru."
"Helloo Master!" Sapa Windy di depan kamar Ica.
"Lo baru sampe?"
"Yo i Master." Windy menaruh tas punggungnya di kasur Ica, "memangnya kita mau ke mana?"
Ica mengangkat bahunya sekilas, "tanya Ico aja tuh."
Ico masih sibuk dengan gamenya sambil menunggu ketiga sepupunya yang belum datang.
"Co, kita mau ke mana?"
"Ada lah nanti juga tau." Jawab Ico tanpa mengalihkan fokus pada gamenya.
Windy mencebikan bibirnya, tidak puas jika dibuat penasaran.
"Udah lo diem aja ntar juga tau, gue sih ikut aja." Ujar Ica berbaring dikasurnya.
Tidak lama kemudian Daffa, Daffi dan Jeff tiba. Mereka berangkat setelah pamitan dengan orang tua Ica Ico menggunakan dua mobil. Daffi dan Jeff bersama Daffa, Ica dan Windy bersama Ico.
Beberapa jam perjalanan, sampailah mereka di Anyer.
"Wah kita bermalam di cottage tepi pantai?" Ucap Windy sumringah.
"Iya." Jawab singkat Ico.
"Cottage siapa Co?"
"Om Bagas Ca, gue dapet rekomendasi dari Papa, katanya sih dulu kita pernah ke sini waktu kecil. Karena gue bilang mau ajak lo refreshing jadi Papa bilang ke Om Bagas buat pinjemin cottage ini."
Ica memang mengenal siapa yang di maksud oleh Ico. Suami dari sahabat Papanya serta kakak kelas orang tuanya saat sekolah. Om dari musuh bebuyutannya.
"Gue harap ngga ketemu tuh manusia di sini." Gumam Ica.
Baru saja berharap demikian, "kalian ngapain?"
Ica menjatuhkan koper kecilnya, wajahnya syok, karena orang yang tidak diharapkannya justru muncul dihadapannya ketika akan masuk ke cottage.
"Wah musuhnya master!" Pekik Windy dibelakang Ica.
Ico dan yang lain juga tidak bergerak dibelakang Ica, menunggu reaksi Ica.
"Gue mau pulang!" Putus Ica berbalik badan dan mengambil kopernya.
"Lo gila Ca!" Pekik Ico, "ini udah sore, lo pikir nyetir berjam-jam ngga cape?!"
"Gue yang nyetir kalau lo cape!"
"Jangan sinting Ca!" Pekik Ico lagi.
"Udah kalian ngga perlu ribut," lerai Daffa, "buat malam ini lo ngalah aja Ca, kita ngga mungkin langsung pulang sekarang, lagipula Papa lo kan yang menyarankan kita ke sini?"
"Kalau gitu gue tidur di mobil, sini kuncinya!" Ica menjulurkan tangannya pada Ico namun Ico tak bergeming.
"Lo tidur di dalam, gue yang ajak lo ke sini jadi gue yang tanggung jawab!" Ico menarik Ica dengan tangannya yang bebas. Ica mencoba lepas namun nihil, tenaga Ico lebih kuat darinya.
Ico berhenti dihadapan Ken, cowo yang membuat mood saudara kembarnya hilang. "Bokap gue udah bilang ke Om Bagas buat kami di sini, jadi kalau lo ngga suka Ica di sini lo boleh ngomong sama om lo atau bokap gue." Ucap Ico lalu menerobos masuk, diikuti Windy dan yang lain.
"Siapa bilang gue ngga suka?" Gumam Ken mengikuti ke dalam cottage.
Ica mendapat kamar berdua Windy, Ico bersama Daffa dan Daffi bersama Jeff.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Enemy
Romance"Aku sudah sangat tidak menyukainya sejak kami masih memakai diapers!" -Angelica Wijaya- "Melihat wajah manisnya yang kesal karena ulahku, menjadi kesenangan sendiri untukku." -Kenneth Adhitama- -------------------------- Action - Romance