Suasana di mobil cukup tegang. Setelah berpamitan tadi, Ica langsung masuk ke dalam mobil Ken dan selama perjalanan tidak ada yang membuka suara.
Ica tidak tahan dengan suasana tidak enak seperti ini. Ia lebih suka ketika bertengkar dengan Ken dulu dari pada diberikan aura tegang begini oleh Ken.
Perlahan Ica menyentuh lengan Ken, "Ken."
"Maaf Ca, harusnya tadi gue biarin lo pulang sama Ico."
Ica menggeleng pelan, "ngga apa kok, gue seneng bisa pulang sama lo tapi jangan diem gini dong Ken, gue lebih seneng kalo kita ribut kayak dulu dari pada diem-dieman gini."
Ken menepikan mobilnya, "gue ngga mau ribut lagi sama lo Ica."
Ica tersenyum kecut, "ya seandainya aja, gue juga ngga mau tapi kan dari pada diem gini mending lo marah-marah deh kalo lo mau marah gue bakal dengerin."
"Gue sendiri ngga tau harus marah bagaimana, gue udah terlalu biasa sama sikap orang tua gue yang ngga pernah peduli sama gue, yang mereka ngga pernah lupa cuma mengirim uang bulanan ke gue, gue bingung sebenernya gue ini anak kandung mereka apa bukan? Mereka kelihatannya lebih cinta pekerjaan dari pada gue."
Ken mendesah pelan, "gue kadang berpikir, kalau kayak gini buat apa gue dilahirkan?"
PLAK!
Ica menepuk kedua pipi Ken cukup kuat lalu menahan tangannya di sana, membuat Ken menatapnya.
"Jangan pernah bicara kayak gitu, gue ngga suka, mungkin orang tua lo kurang peduli sama lo tapi ada gue di sini Ken, bukan hanya gue, Ico, Daffa Daffi, Windy, Jeff, semua orang di agensi, dan masih banyak lagi, semua peduli sama lo Ken, semua sayang sama lo jadi jangan pernah berpikir untuk menyesal pernah dilahirkan karena adanya lo saat ini bukan karena kesalahan!"
Hati Ken menghangat mendengar ucapan Ica. Ken menggenggam kedua tangan Ica dipipinya lalu memeluk Ica erat, "memang ngga salah kalau gue jatuh cinta sama lo Ca."
Ica tersenyum kecil membalas pelukan Ken dan mengusap punggung Ken.
"Oh iya," Ken melepas pelukannya lalu memegang kedua pundak Ica sambil memicingkan matanya, "gue belum ada denger lo cinta apa ngga sama gue."
Wajah Ica memanas, "a-apaan sih!"
"Gue serius Ca, gue juga pingin denger perasaan lo, gue udah ungkap semua perasaan gue tapi gue belum denger dari lo."
Wajah Ica memerah, "ha-harus ya?"
"Harus banget Angelica!"
Ica menundukan sedikit wajahnya, "gu-gue ci-cinta--" cicit Ica.
"Apaan? Gue ngga denger Ca."
Ica memejamkan matanya, "gu-gue--"
"Lebih keras dong Ica." Ken menahan senyumnya melihat wajah Ica semakin merah.
Ica menghirup nafasnya dalam lalu menghembuskannya bersamaan dengan pekikannya, "GUE CINTA LO KENNETH ADHITAMA!! CINTAAA BANGEEEETTT MALAH!! PUAS?!"
Ica mengatur nafasnya, wajahnya semakin memerah.
Ken tertawa bahagia lalu memeluk Ica erat, "ah seneng banget gue!!"
Ica tersenyum sumringah lalu membalas pelukan Ken.
Ken kembali menjalankan mobilnya setelah melepas pelukannya dari Ica.
"Lo masih laper?" Tanya Ken setelah melanjutkan perjalanan.
"Lumayan sih, habis tadi lo bikin tegang mulu jadi ngga menikmati gue makan malam." Ica memanyunkan bibirnya.
Ken terkekeh kecil mengusap puncak kepala Ica, "oke deh, jadi mau makan apa tuan putriku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Enemy
Romance"Aku sudah sangat tidak menyukainya sejak kami masih memakai diapers!" -Angelica Wijaya- "Melihat wajah manisnya yang kesal karena ulahku, menjadi kesenangan sendiri untukku." -Kenneth Adhitama- -------------------------- Action - Romance