Part 50 - Menjelang Hari-H

3.9K 215 15
                                    

Pertandingan persahabatan tinggal sebentar lagi, selama persiapan Ken dan Ica meminta izin pada Thomas untuk absen dari misi, Thomas mengerti dan mengalihkan misi Ken dan Ica pada anggota lain.

Persiapan sudah semakin mendekati kata beres, undangan sudah disebar, dan akan banyak sekolah yang berpartisipasi nantinya.

"Gue udah bicarain dengan kepala sekolah bersama Arga kemarin agar mengosongkan jam pelajaran pada hari H." Jelas Ica ditengah rapat.

"Dana juga sudah beres." Timpal koordinator dana.

Semua koordinator sudah melaporkan perkembangan tugas masing-masing.

"Satu hari sebelum hari H kita akan melakukan persiapan sekolah, dan semua panitia diharapkan datang satu jam sebelum pembukaan acara untuk melakukan briefing." Ucap Ica sebelum menutup rapat siang itu.

Ica bernafas lega setelah ruang rapat sepi.

"Akhirnya hampir beres juga, ngga terasa tinggal beberapa hari lagi." Ujar Sandra.

Ica mengangguk, "tetep semangat ya semua!"

"Pastinya Ca!" Ucap Rado semangat.

"Rado semangat mau cari gebetan baru dari sekolah lain itu," sindir Vika.

"Wiiih ngga dong, gue ngga cari gebetan, tapi ntar gebetan yang cari gue!" Sahut Rado percaya diri.

"Iyain aja kalo Rado mah biar cepet selesai urusan." Ujar Sandra.

"Serah lo dah Do." Timpal Vika.

Arga yang sejak tadi diam, berjalan mendekati Ica menyerahkan beberapa lembar kertas, "nih Ca data sekolah yang sudah terkumpul."

Ica menerima kertas yang diberikan Arga, "sip."

Ken mengambil kertas yang diterima Ica dari Arga dan membacanya.

"Sekolah Galang juga datang?" Bisik Ken.

Ica menatap bingung Ken, "lo kok tau namanya? Perasaan gue belum pernah cerita, waktu ketemu juga ngga gue panggil." Jawab Ica juga dengan berbisik.

"Ada deh." Sahut Ken lalu kembali membaca kertas ditangannya.

"Kalian ngobrolin apa sih? Bisik-bisik mencurigakan gitu." Tanya Sandra.

"Ngga apa, cuma sedikit masalah pribadi." Jawab Ica.

Rado memicingkan matanya, "kalian ngomongin gue ya?"

"Urat malu lo kayaknya udah putus ya Do?" Sindir Ica.

"Sembarangan."

"Dia mah mana punya urat malu." Timpal Arga.

"Arga ini diem-diem kalo sekali ngomong langsung nusuk ya." Vika berdecak kagum.

"Bagus kan sekali ngomong berfaedah dari pada banyak ngomong tapi mubazir."

Vika dan Sandra mengangguk bersamaan, "kayak Rado!" Ucap keduanya kembali bersamaan.

Rado menatap datar kedua gadis ini, "Sial."
.
.

Hari terus berlanjut hingga tiba satu hari sebelum hari H. Ica sibuk mengatur dekorasi ruang auditorium yang akan dipakai untuk acara pembukaan besok pagi.

"Ini potnya taruh aja di pojokan sana, di sebelah kiri udah cukup, isi yang bagian kanan ya." Ujar Ica.

"Dideket podium mau pasang yang mana Ca?" Tanya seorang siswa yang membantu dekorasi.

"Ini yang kecil aja dibawah podiumnya."

"Oke!"

Ica memundurkan sedikit langkahnya lalu melihat keseluruhan panggung. Sudah hampir selesai.

My Dearest EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang