"Ca semangat yah pemilihannya!"
Ica menghentikan mengunyah rotinya ketika seorang siswa menyapanya di koridor menuju kelas. Jam istirahat sebentar lagi usai maka Ica memilih memakan roti yang ia beli di kantin sambil berjalan ke kelas.
"Hah? Pemilihan?"
"Iya gue liat nama lo di mading jadi kandidat calon ketua OSIS."
Siswa tersebut yang merupakan teman sekelas Ica langsung berpamitan setelah menyampaikan ucapannya.
"Gak mungkin, kan gue ngga ada kumpul formnya."
Ica berlari ke lantai 2 sekolahnya di mana tempat mading pengumuman berada.
"HAAAHHH?!!"
Setiap siswa yang berada di sekitar papan mading menatap heran Ica karena pekikannya yang cukup keras. Ica langsung berlari kembali ke kelas dan membongkar isi tasnya.
"Kok ngga ada?!!"
"Lo nyari apaan Ca?"
Ica mencengkram lengan baju seragam Ico. "Di mana form OSIS di tas gue?!"
"Eehh gue ngga tau kali, kan lo yang bawa, dari jam istirahat mulai gue udah ngga dikelas." Jawab Ico ngeri melihat ekspresi marah Ica.
Ica melepas cengkramannya lalu berlari kembali keluar kelas.
"Ah tuh anak kenapa sih?" Ico membereskan barang Ica yang berserakan, dimasukan semua kembali ke tasnya.
"Maaf Ica, kami sudah mengumumkan dan menyerahkan ke kepala sekolah jadi tidak bisa dibatalkan." Ucap Fira, wakil ketua OSIS sekolah.
Fira berjalan meninggalkan Ica yang masih berdiri di tempatnya.
"Bagaimana ini?"
Ica tidak fokus selama jam pelajaran berlangsung. Ico dan Daffa meliriknya heran. Daffi yang baru masuk dan duduk tidak jauh dari mereka karena kursinya sudah ditempati Ken juga demikian.
"Gue udah liat pengumuman kalo Ica jadi kandidat ketua OSIS." bisik Daffa pada Ico.
"Pantesan dia uring-uringan." Gumam Ico.
Ken nampak tenang di samping Ica tak terusik dengan aura horor yang dikeluarkan Ica selama pelajaran.
Jam pulang sekolah berbunyi, Ica lebih dulu keluar dari kelas mendahului ketiga saudaranya.
"Lo ya yang serahin form Ica ke OSIS?" Tanya Ico pada Ken setelah kelas sepi. Ken masih belum beranjak dari kursinya.
"Kenapa lo nuduh gue?" Tanya Ken dingin.
"Pertama karena pagi tadi waktu Ica bilang ke gue dan Daffa soal ngga bakal serahin form OSISnya ada lo di samping Ica, kedua waktu Ica uring-uringan kayaknya lo seneng banget meski ngga lo tunjukan dan ketiga karena diantara kita cuma lo yang paling suka usil ke Ica dan jadi musuh Ica dari kecil."
"Wah kesimpulan yang bagus Co." Puji Ken dengan wajah datar.
"Jadi bener lo kan?" Tanya Ico lagi.
"Ya emang gue pelakunya, lalu lo mau apa? Kan niat gue baik jadiin tuh anak kandidat?"
Tiba-tiba Ica muncul, berjalan cepat dan mencengkram kerah baju Ken.
"Jadi lo ya pelakunya." Ucap Ica dengan nada dingin.
"Lo udah denger kan? Jadi ngga perlu gue ulang, buang-buang waktu." Sahut Ken santai.
Ica akan memukul Ken namun tangannya ditahan oleh Ico.
"Jangan Ca, ini masih di sekolah."
Ica melepas cengkramannya, berjalan mundur lalu berbalik badan dan pergi dari kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Enemy
Romance"Aku sudah sangat tidak menyukainya sejak kami masih memakai diapers!" -Angelica Wijaya- "Melihat wajah manisnya yang kesal karena ulahku, menjadi kesenangan sendiri untukku." -Kenneth Adhitama- -------------------------- Action - Romance