Part 22 - Dia

4.2K 229 2
                                    

Ica melangkah kesal masuk ke toko buku di dalam sebuah mal. Kekesalannya dikarenakan Ken. Cowo itu tadi mengatakan akan menemaninya namun saat masuk ke dalam mal Ken justru lebih memilih masuk ke Starbucks dan meninggalkan Ica.

"Lo ke sini aja kalo udah beres belanja." Ucap Ken dingin sebelum masuk ke dalam Starbucks.

"Cih! Apanya yang nemenin?! Itu mah dia asik sendiri! Ish, kenapa gue jadi kesel gini sih?!!" Dumel Ica sambil berjalan ke arah salah satu rak berisi komik.

Ica mengalihkan fokusnya mencari komik yang diincarnya. Tangannya menyentuh beberapa sampul komik sambil membaca judulnya.

"Mana ya?" Gumamnya sambil menunduk ke komik di rak lebih rendah dan tersenyum sumringah karena menemukan apa yang dicarinya.

"Ica?"

Ica kembali menegakan badannya setelah memegang komik incarannya saat sebuah suara berat memanggilnya. Senyumnya hilang ketika melihat siapa orang tersebut.

"Lo masih hidup?" Tanyanya asal.

"Lo yang masih hidup?!" Ica balik bertanya dengan nada kesal. Kekesalannya pada Ken bertambah dengan kehadiran cowo dihadapannya saat ini.

"Ah lo ngga berubah ya, masih aja galak." Ucapnya membuat Ica semakin menatapnya tak suka. "Lo masih benci sama gue?"

"Bukan masih tapi makin setelah ngeliat lo lagi." Sarkas Ica.

Cowo tersebut terkekeh. "Lo emang mantan paling ngga bisa dilupain."

Ica memicingkan matanya, semakin menatap tak suka, "gue ngga pernah jadian sama lo!"

"Tapi hampir kan?"

Ica menggeram kesal. Sangat kesal. Lalu berbalik meninggalkan cowo tersebut menuju ke kasir.

Belum sampai disitu, baru saja Ica keluar dari toko buku, tangannya dicekal oleh orang yang sama.

"Galang," Ica membalikan badannya, menatap tajam cowo yang dipanggil Galang ini, "kalau lo masih mau hidup, lepasin tangan gue." Lanjut Ica dengan nada menahan emosi.

Galang langsung melepas genggamannya, "ngga bisakah gue ngomong sesuatu dulu sama lo? Kita udah lama ngga ketemu."

"Gue ngga sudi bicara sama lo!"

Ica kembali membalikan badan dan meninggalkan Galang untuk menemui Ken.

"Ayo pulang."

Ken menatap datar gadis yang sudah berdiri di samping tempat duduknya dengan wajah kesal.

"Buruan!" Ucap Ica tak sabaran.

Ken berdiri dan berjalan mendahului Ica.

"Lo kenapa Ca?" Tanya Ico saat Ica lewat dengan wajah memerah menahan kesal.

Ica tak menggubris pertanyaan kakak kembarnya dan berlalu begitu saja.

"Kenapa Ica?" Kini Ico bertanya pada Ken yang muncul setelah Ica pergi.

Ken mengangkat sekilas bahunya, "mana gue tau."

"Kan lo tadi bareng sama dia." Ico menatap datar rival adik kembarnya.

"Dia di toko buku, gue nunggu di starbucks, pas balik udah kayak gitu." Jelas Ken lalu pergi ke kamarnya.

Ico memutuskan untuk menyusul Ica.

Emma meninggalkan saudara kembar ini berdua saja di kamar saat Ico datang ke kamarnya dan Ica.

"Lo kenapa?" Tanya Ico duduk di samping Ica yang berbaring memunggunginya.

My Dearest EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang