Saat Jeje tiba di tempat yang akan menjadi rumahnya, sekaligus rumah dua puluh dua pemuda yang akan berada di bawah pegawasannya, dia sadar bahwa CEO kedua agensi besar itu tidak main-main dengan pelaksanaan proyek All Good ini. Gedung tiga tingkat yang akan menjadi rumah mereka itu adalah sebuah Guest House lima belas kamar. Dilengkapi dengan kolam renang, private gym serta sebuah ruangan di basement yang sudah disulap menjadi studio mini untuk salah satu member Seventeen, Woozi.
Membayangkan berapa digit nol yang harus dikeluarkan kedua agensi untuk menyewa seluruh tempat ini saja sudah membuat Jeje merinding. Beban di pundaknya terasa bertambah berat. Karena tentu saja, setelah pengeluaran yang besar, kedua agensi pasti mengharapkan hasil yang sempurna. Kepala Jeje pening seketika.
Apakah masih ada kesempatan baginya untuk mundur dari proyek ini ?
Menghela napas panjang sembari mengepalkan kedua tangannya, Jeje mengumpulkan kembali tekad dan semangatnya yang sempat luntur. Dia meletakkan tote bag nya di salah satu kursi yang kosong kemudian berjalan menyusuri seluruh isi gedung. Di salah satu ruangan di lantai satu, Jeje bisa melihat barisan koper-koper jumbo warna-warni yang Jeje yakini adalah milik dua puluh dua pemuda yang akan tinggal bersama di tempat ini.
Kedua grup memang masih melaksanakan jadwal mereka masing-masing sebelum nanti malam mereka akan berkumpul untuk pertama kalinya. Jadi baru barang-barang mereka saja yang tiba. Jeje berjalan mendekati barisan koper warna-warni tersebut. Sepertinya hal yang harus dia lakukan pertama kali adalah memasukkan koper-koper ini sesuai dengan pembagian kamar masing-masing. Jeje sudah membuat daftarnya, dibantu oleh manajer Yoon dan manajer Jeon, manajer Seventeen.
Saat Jeje hendak memisahkan koper-koper sesuai dengan pembagian kamar, derap langkah yang tergesa-gesa membuat Jeje berhenti mengelompokkan koper dan menoleh ke arah suara langkah itu terdengar.
"Maafkan saya.... Saya terlambat...." seorang pemuda muncul dengan napas tersengal-sengal. Beberapa kali membungkuk di depan Jeje untuk menunjukkan penyesalannya.
"Siapa ya ?" tanya Jeje bingung.
Pemuda itu menegakkan diri, mengeluarkan id card yang terkalung di lehernya, maju mendekati Jeje dan memberikan id card miliknya itu.
"Saya Jio. Yoon Jio. Saya ditugaskan sebagai asisten manajer untuk membantu Noona selama proyek ini."
Jeje mengangguk dengan mulutnya sedikit terbuka. Dia baru ingat. Ada satu staf dari Hybe yang akan membantu dirinya sebagai asisten manajer. Ada beberapa asisten yang akan datang, tapi hanya mereka berdua yang akan tinggal di sana.
"Senang bertemu denganmu. Aku harap kita bisa bekerja sama dengan baik...." Jeje mengulurkan tangannya yang langsung disambut oleh Jio.
"Mohon bantuannya, Noona. Ah, saya bisa memanggil Noona dengan sebutan Noona kan ?"
Jeje terkekeh. Dia sudah beberapa kali memanggil Jeje dengan sebutan Noona tapi baru meminta ijin sekarang.
"Ya... Tentu saja... Kita akan bekerja bersama kan ? Lakukan yang menurutmu nyaman...." jawab Jeje.
"Ini barang-barang milik mereka ya Noona ?"
Jeje mengangguk. "Aku sudah membuat daftar pembagian kamar. Kau bisa mulai membantuku memasukkan koper-koper ini ke dalam kamar sesuai dengan daftar yang aku buat. Jangan sampai tertukar ya...."
Jio mengangguk dengan semangat. Dia melepaskan kemeja yang dia kenakan sebagai outer, menyisakan kemeja polos warna hitam. Dia membaca sekilas daftar pembagian kamar yang dipegang oleh Jeje, kemudian melanjutkan mengelompokkan koper-koper sesuai dengan pembagian kamar masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALL GOOD (SEVENTEEN X NCT 127)
FanfictionAll Good, proyek yang dibesut oleh dua agensi besar Korea Selatan untuk meredakan perseteruan antara dua idol group yang berada di bawah asuhan mereka. 22 pria akan tinggal di bawah satu atap yang sama dalam waktu satu tahun. Apakah proyek ini mampu...