All Good - Twelve

2.3K 331 9
                                    

"Apa mengurusi Dream memang semerepotkan itu ?"

Taeyong yang sedang mengaplikasikan skin care di wajahnya menghentikan gerakannya saat mendengar pertanyaan yang tiba-tiba keluar dari mulut Joshua. Dia memutar tubuhnya, memandang lurus ke arah Joshua yang duduk bersila di atas tempat tidur.

"Jangan salah paham. Aku hanya penasaran. Jeon Hyung bilang, Jeje Noona dipilih sebagai manajer karena dia bisa mengurus Dream dengan baik. Makanya aku ingin tahu, apakah Dream memang semerepotkan itu ?"

Taeyong menggeleng. Dia kembali menghadap ke arah cermin, melanjutkan kegiatannya menggunakan eye cream yang tadi terhenti karena pertanyaan Joshua.

"Sepertinya repot bukan kata yang tepat untuk menggambarkan Dream. Lebih tepatnya mereka itu unik. Masing-masing dari mereka punya karakter yang berbeda. Mereka tahu apa yang mereka inginkan dan mereka pasti akan berusaha untuk mendapatkannya. Ditambah lagi, mereka punya hobi berteriak satu sama lain. Setiap kali Dream melakukan shooting, aku selalu merasa kasihan dengan staf audio dan editing-nya." jelas Taeyong sambil menatap Joshua dari cermin yang ada di hadapannya. Wajahnya tersenyum mengingat tingkah random Dream.

"Ah... tidak jauh berbeda dengan kami sebenarnya. Bagaimana dengan Ilichil ?"

"Ilichil ? Kami juga banyak bermain dan tertawa. Tapi tidak seperti Dream. Tingkah kami masih dalam batas yang wajar."

Taeyong bisa melihat Joshua menganggukkan kepalanya, merubah posisi duduknya dari yang tadinya bersila menjadi setengah berbaring dengan menumpukan berat badan di kedua lengannya.

"Sebenarnya, aku ingin sekali punya grup seperti 97 line, atau China line. Aku punya keinginan untuk mengumpulkan 95 line. Di grupku ada tiga. Di grupmu ada tiga juga kan ? Pasti menyenangkan bisa berkumpul bersama dengan teman-teman yang seumuran" cetus Joshua. Pandangannya tampak menerawang ke arah langit-langit kamar.

Taeyong tersenyum tipis. Dia juga punya keinginan yang sama. Tapi, bebannya sebagai Leader, kepribadiannya yang tertutup, serta trauma masa lalu yang belum juga bisa dia hilangkan dari kepalanya, membuat Taeyong sulit untuk menjalin pertemanan dengan orang lain di luar grupnya sendiri.

Di waktu senggangnya, Taeyong lebih sering menghabiskan waktu di dalam kamar, membuat lagu atau bermain game bersama Haechan. Dia pernah dua hari tidak keluar dari kamarnya di asrama, sampai membuat Doyoung harus turun tangan untuk menyeret dia keluar demi agar Taeyong terpapar sedikit sinar matahari baik di pagi hari.

"By the way, bagaimana keadaan kamar sebelah ya ?" celetuk Joshua mengubah topik pembicaraan mereka.

Taeyong mengedikkan kedua bahunya.

"Aku hanya berharap, mereka tidak melakukan tindakan bodoh yang bisa menggagalkan proyek ini...."

⛄️⛄️⛄️

S.Coups belum bisa memejamkan matanya. Sudah berbagai macam posisi yang dia lakukan, mulai dari tengkurap, telentang, meringkuk, menyingkirkan selimut, memindahkan bantal dari kepala ke kaki, tapi tetap saja kesadarannya masih berkumpul dengan sempurna. Insomnia menahun yang dia derita memang membuat dia sangat menderita, terutama di saat-saat ketika dia melihat teman sekamarnya bisa terlelap dengan mudah sementara dirinya masih saja terjaga.

S.Coups tidak ingat, kapan terakhir kali dia tidur senyenyak Taeil seperti sekarang ini.

S.Coups memilih untuk berselancar dengan ponselnya. Membaca beberapa tautan link berita tentang konferensi pers mereka tadi sore. Sedikit lega karena para penggemar ternyata mendukung proyek tersebut, meskipun sudah pasti ada juga yang mencibir. Mengomentari bahwa itu semua hanyalah pencitraan belaka. S.Coups tidak ambil pusing.

ALL GOOD (SEVENTEEN X NCT 127)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang