"Jeje-ya...."
Jeje terkesiap mendengar suara lembut dan familiar memanggil namanya. Dia buru-buru mengusap wajahnya yang basah dengan air mata lalu berbalik menghadap ke arah orang yang memanggil namanya barusan.
"Ne, Emmonim....." sahut Jeje. Susah payah dia mengulas senyum di wajahnya saat melihat Suster Ryu berdiri di ambang pintu ruang bermain.
"Apa yang kau lakukan di ruang bermain malam-malam tanpa menyalakan lampu seperti ini?" tanya Suster Ryu heran. Dia berjalan masuk ke dalam ruang bermain, menekan salah satu saklar lampu lalu berjalan mendekati Jeje yang berdiri di dekat jendela.
Karena lampu ruang bermain menyala dengan terang, Jeje dengan cepat memalingkan wajahnya ke samping. Dia tidak mau Suster Ryu melihat wajahnya yang habis menangis seperti ini.
Saat mereka berdiri berhadapan, Suster Ryu memicingkan kedua matanya. Mengamati Jeje dengan seksama.
"Apa kau baik-baik saja?"
Jeje mengangguk. Memasang senyum palsu di wajahnya.
"Aku baik-baik saja, Eommonim.... Jangan khawatirkan aku..."
Suster Ryu menarik napas panjang. Dia memasukkan tangannya ke dalam saku jubah biarawati yang dia gunakan.
"Gunho bilang, tadi sore ada pemuda tampan datang mencarimu. Apa itu Joshua yang datang ? Kenapa tidak bertemu dengan Emmonim ?"
"Bukan.... Tadi sore bukan Joshua yang datang...." jawab Jeje.
"Lalu siapa ?"
Jeje menggigit bibirnya. Berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan Suster Ryu.
"Dia.... Kolegaku di perusahaan. Dia datang untuk membahas soal pekerjaan denganku...."
"Tapi Gunho bilang, pemuda itu pulang dengan wajah yang penuh dengan amarah. Ada apa ? Kalian bertengkar ?"
"Tidak ada apa-apa Emmonim.... Jangan percaya dengan ucapan Gunho. Kami benar-benar hanya membahas soal pekerjaan" Jeje berusaha meyakinkan Suster Ryu.
Suster Ryu berdecak pelan.
"Siapa yang berusaha kau bohongi di sini ? Tadi sore pemuda asing datang ke panti kemudian pulang dengan wajah yang penuh amarah. Lalu malam ini, kau berdiri sendirian dengan wajah sembab di sini. Kau habis menangis kan ? Jangan bilang kalau matamu terkena debu. Emmonim selalu memastikan ruangan ini kembali bersih setiap kali adik-adikmu selesai bermain" cecar Suster Ryu.
Jeje kembali memalingkan wajahnya ke samping. Tenggorokannya tercekat. Sekali dia membuka mulut, dia yakin kalau dia akan menangis lagi di hadapan Suster Ryu.
"Apa pemuda itu..... ada hubungannya dengan kepulanganmu yang begitu tiba-tiba ke panti ? Kau bilang kau barus bisa pulang setelah proyek itu selesai. Masih ada lima bulan lagi kan? Tapi kenapa kau tiba-tiba pulang sekarang ?"
Jeje tetap bungkam. Membuat Suster Ryu mendesah pelan. Dia kemudian menarik Jeje ke dalam pelukannya. Satu detik setelahnya, tangisan Jeje pecah.
"Aigoo.... Putriku yang malang.... Tidak apa-apa.... Tidak apa-apa.... Keluarkan semua kesedihanmu.... Tenangkan dirimu di sini..... Kau tidak sendirian....."
⛄️⛄️⛄️
Jeonghan sama sekali tidak membuang-buang waktu. Dia langsung melaksanakan rencananya. Setelah mereka kembali ke Guest House dan menyelesaikan makan malam yang tidak seramai dulu lagi, Jeonghan buru-buru menyeret Dino agar ikut dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALL GOOD (SEVENTEEN X NCT 127)
FanfictionAll Good, proyek yang dibesut oleh dua agensi besar Korea Selatan untuk meredakan perseteruan antara dua idol group yang berada di bawah asuhan mereka. 22 pria akan tinggal di bawah satu atap yang sama dalam waktu satu tahun. Apakah proyek ini mampu...