Ada satu hal yang sangat disukainya—membalas dendam.
Dia menikmati secangkir kopi ditemani sinar matahari pagi yang menenangkan, dan berguman beberapa bait lagu Forget You yang dinyanyikan Ceelo Green.
“I guess the change in my pocket wasn’t enough—I’m like fuck you! And fuck him too!” dia menuangkan segelas susu di dalam mangkuk berisi sereal yang ditemukannya di atas kabinet dapur. Dia bahkan tidak menyadari kehadiran seseorang yang menatapnya dengan sinis.
“All these years, I thought it was ‘forget you’ not ‘fuck you’.”
Taeyong tersenyum puas setelah mendengar suara itu bergema di udara. Lelaki itu menghentikan dentum musik dari home theater yang terpasang di sana, dan mengambil kemeja putih milik Taeyong dari lantai sebelum melemparnya ke wajahnya.
“That’s the clean version. On the radio they block out the swears, there are two versions, forget you, and fuck you!” saat mengatakan kata-kata yang terakhir, dengan sengaja Taeyong mengarahkan pandangannya kepada lelaki itu—membuat Ten Lee, si lelaki yang merasa tersindir, menatapnya dengan garang.
“Apa yang kau lakukan di apartemenku, dan bisakah kau memakai sesuatu untuk menutupi tubuhmu?”
Taeyong tertawa mendengar pertanyaan Ten, mantan kekasihnya. Lelaki submisif yang memutuskan untuk berpisah dengannya, karena dia merasa jauh lebih baik darinya.
Walaupun mendapatkan tatapan penuh intimidasi dari Ten, dia tetap menikmati serealnya hanya dengan menggunakan celana jeans, dan membiarkan Ten melihat tubuh bagian atasnya yang terekspos sinar matahari.
Sebenarnya, dia masih sangat menyayangi Ten—tentu saja. Dia adalah pria yang tersingkirkan di sini, mereka berpisah karena Taeyong berkata bahwa dia bisa mendapatkan pengganti Ten dalam satu malam, dan setelah itu sebuah persaingan tak terucap terjadi di antara mereka.
Taeyong secara sengaja berkencan dengan puluhan gadis dan pria yang berbeda setiap malamnya, dan mengirimkan fotonya bersama gadis atau pria lain kepada Ten hanya untuk membuat mantan kekasihnya itu jengkel.
Lain halnya dengan Ten, dia memutuskan untuk berkencan dengan pria-pria yang memiliki wajah lebih tampan dari Taeyong hanya untuk membuat dirinya kesal setengah mati.
“Oh, newsflash—I’m dating your roommate.”
Bisik Taeyong diiringi senyum kemenangannya, dan menunjuk ke arah pakaian yang berserakan di lantai. Kini dia bisa melihat wajah Ten yang kalah telak, membayangkan Taeyong mengencani teman satu apartemennya—membuatnya meradang.
Sialan, brengsek, kurang ajar, Lee Taeyong.
Bunyi denting bel memecah ketegangan di antara mereka, Taeyong dengan senang hati membuka pintu apartemen itu. Membayangkan bahwa sebentar lagi Ten akan bertekuk lutut di hadapannya dan memintanya untuk kembali.
Tapi senyuman itu sirna ketika dia menemukan sahabatnya berdiri di depan sana, dengan satu ikat bunga berwarna merah dan satu kotak truffles dari Godiva.
“Jung fucking Jaehyun.” ucap Taeyong yang hanya dibalas oleh senyuman tanpa rasa bersalah dari Jaehyun. Taeyong menatap Ten yang sudah tersenyum puas di belakangnya. Ten mendorong tubuh Taeyong dari depan pintu lalu menggandeng lengan Jaehyun dengan mesra.
“Oh, newsflash—I’m dating your bestfriend.” Bisik Ten dengan senyuman bahagianya, meninggalkan Taeyong yang masih berdiri di sana dengan tatapan tidak percaya dan mengutuk Ten.
Sialan, brengsek, kurang ajar, Ten Lee.
