The Man Beside Me

220 40 0
                                    

Dia berbaring terlentang, menatap langit-langit kamar dengan mata tajamnya. Dia sendirian di sini, setidaknya dia merasa begitu. Itu hanya beberapa menit setelah dia membuka matanya dan dia bahkan tidak peduli dan tidak perlu repot-repot untuk melihat sekelilingnya. Matanya hanya menerawang tanpa tahu apa yang sebenarnya dia pikirkan, seakan berada di permukaan air, mengambang, terasa begitu abstrak dan buram.

Taeyong merasakan adanya gerakan di sampingnya. Dia tidak sendirian. Pemuda itu menolehkan kepalanya kesamping hanya untuk menemukan sepasang mata gelap yang perlahan terbuka. Mereka bertemu pandang sesaat, sampai akhirnya mata gelap itu bangun dalam posisi duduk sambil mengerang pelan tentang rasa sakit di bagian tubuh pribadinya. Tak lama kemudian dia kembali berbaring, kali ini menelungkup, membuat punggung pucat dan kaki nya terekspos dengan bebas. Taeyong tidak peduli padanya. Dia kembali menerawang ke atas langit-langit kamar.

Ten menatapnya. Dan akan terus menatapnya dalam diam hingga membuat Taeyong merasa bosan. Dan hal ini terus terulang setiap hari.

Taeyong tahu apa yang Ten inginkan, namun dia enggan memberinya. Sampai akhirnya dia menyerah karena kebosanan yang melandanya. Dia akan menatap Ten kembali. Dan mereka akan terus saling menatap, hingga Taeyong membuat pergerakan kecil dan Ten segera memajukan wajahnya, mengunci bibir tipisnya dengan bibir Taeyong. Kemudian semuanya akan mengalir seperti air.

Ten selalu terluka banyak. Dia akan bangun dari tidurnya dengan merintih. Dia akan sedikit mengalami kesulitan saat berjalan. Dan dia akan berakhir di dalam kamar mandi selama berjam-jam untuk menangis. Namun Taeyong tidak pernah tahu mengapa Ten terus memintanya untuk mengulanginya lagi, lagi dan lagi.


Limerence - TaetenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang