“Walking Dead lagi?”
Taeyong hanya tersenyum saat Ten melayangkan protes kesal. Nyaris tiap akhir pekan ia meminta pemuda itu menemaninya menonton sinema dengan judul yang sama. Seperti monokrom, terlalu konsisten sampai-sampai Ten ingin mengumpat.
“Bicara kotor itu tidak terpuji, lho.”
Ten menggulirkan maniknya. “Aku bukan adikmu, tidak usah banyak menasihati.”
Kala Taeyong menyentuh tombol mulai, layaknya boneka otomatis Ten memutar tubuh menghadapnya. Jujur saja, memperhatikan penampakan Lee Taeyong dari samping bukanlah hal yang paling menyenangkan untuk dilakukan. Tapi lebih bermoral daripada menyaksikan geng zombie rekaman yang tengah menyantap manusia.
Ten hanya akan bertahan selama lima belas menit, sisa tiga ribu enam ratus detik lebihnya dihabiskan dengan tertidur. Taeyong selalu tahu itu. Baginya juga menonton geng zombie tidak lebih menyenangkan dibandingkan menatap Ten di sampingnya sampai putaran sinemanya berakhir.