Planning Vietnam

351 60 4
                                        

Ini adalah pertemuan mereka yang ke lima, hitung yang ke enam jika pertemuan tak sengaja mereka di toko kopi minggu lalu terhitung sebagai agenda pertemuan mereka.

Lee Taeyong adalah seorang pria berusia di awal tiga puluh tahun, seorang pengusaha sukses di bidang shipment dan cargo. Dia memutuskan menikah di usia 28 tahun, dengan seorang wanita yang dia temui di salah satu acara tahunan perkumpulan bisnis yang di gelar di Malibu pada musim panas.

Sisanya, bisa dibilang pernikahan mereka tidak berjalan dengan baik. Selama dua tahun dia berusaha untuk mempertahankan pernikahannya dengan seorang wanita yang nampaknya selalu dalam kondisi suasana hati yang buruk, hingga akhirnya dia memutuskan untuk bercerai—dimana hal itu disambut dengan baik oleh istrinya, ralat mantan istrinya.

Seminggu setelah ajuan perceraiannya, mantan istrinya itu telah terbang ke California—dengan jelas dia berkata melalui sambungan telefon yang disampaikan oleh salah satu pelayan pribadinya, bahwa dia telah mengirimkan kuasa hukumnya untuk mengurus semua proses dan jalannya persidangan perceraian mereka, termasuk menghitung seberapa banyak harta yang akan jatuh ke tangannya. Sungguh wanita yang kejam.

Jadi, disinilah dia sekarang, di sebuah restoran mewah yang hanya menyajikan hidangan laut mentah khas Perancis dengan kuasa hukum milik istrinya yang sepertinya lebih tertarik dengan perhitungan kekayaan hartanya untuk dibagi dua dengan kliennya.

“Jadi Ten, apa sebelumnya kau pernah berpikir untuk pergi ke Vietnam?” pertanyaan itu diluar konteks agenda pertemuan mereka, dia memang tidak terlalu perduli dengan semua hitungan ataupun pembagian asset yang diminta oleh mantan istrinya melalui kuasa hukumnya yang berwajah sempurna dan selalu mengenakan kacamata hitam yang membuat wajahnya semakin menarik.

Taeyong yakin bahwa Ten Lee—kuasa hukum istrinya ini, tahu bahwa dia sedang mencoba merayunya, atau sekiranya membuat hatinya sedikit melunak sehingga dia tidak tega meraup setengah asset kekayaan milik Taeyong untuk kliennya di California sana.

“Let’s get married and have kids so instead of enjoying coffee in the morning, you can be a total mess wife while I pack lunches and we can all be late.” tawarnya dengan kedipan nakal yang ditunjukan untuk pria itu.

“Tentang villa dan pulau yang berada di Hokkaido, ketika kalian menikah—kau mengatakan bahwa itu adalah hadiah pernikahanmu untuk klienku, lalu kemudian kau berkata bahwa kau ingin menyimpan pulaunya sebagai milikmu sendiri?”

Ten mengabaikan pertanyaan dan penawaran tidak penting Taeyong tentang Vietnam juga pernikahan, karena dia tahu sepak terjang pria seperti Taeyong.

“Tentu saja ketika itu aku tengah dimabuk cinta oleh wanita penghisap harta itu, tapi setelah akal sehatku kembali—aku akan mempertahankan pulau itu sebagai miliku, untuk property villa, dia bisa mengambilnya. Lagi pula, aku mempertahankan pulau itu untuk dirimu—agar kau tahu—ketika kita bulan madu nanti, kita bisa bercinta di atas pasir Hokkaido yang hangat sambil menyaksikan matahari terbenam.”

Senyuman lembutnya dan tatapan matanya yang teduh, mungkin bisa meluluhkan wanita atau pria manapun. Tapi tidak termasuk dengan pria besi ini, mereka sudah bertemu sebanyak enam kali, selama itu juga Taeyong dengan transparan menunjukan rasa tertariknya kepada pria ini.

“Aku akan tetap mengambil pulau dan villa untuk klienku. Setelah ini kita akan membahas tentang semua asset yang kau beli selama masa pernikahan kalian, mari kita mulai dengan penthouse di gedung Skyscrapers dan enam mobil sport yang berada disana.”

Mendengar penjelasan Ten membuat Taeyong kehilangan nafsu makannya, atau nafsu menggoda pria itu. Meski tidak mendapatkan balasan yang memuaskan, satu-satunya yang membuatnya bertahan dan rela menghabiskan setengah harta dan assetnya untuk wanita penghisap harta itu, karena dia hanya ingin menghabiskan waktu dengan Ten.

Limerence - TaetenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang