Ten mendesah.
Bulan bulat, bersinar redup. Langit murung. Tiga-empat bintang mengintip malu-malu. Embusan angin menerobos masuk melalui celah jendela, menerobos dan membelai apapun yang ada di sana, termasuk dua lelaki telanjang yang tengah bergelut di atas tempat tidur. Tirai melambai-lambai, membisikkan sesuatu pada angin malam tentang dosa dan dosa dan dosa yang sedang dilakukan dua manusia dalam ruang sempit nan kotor itu.
Engsel jendela rusak. Angin menyerbu, menyerang, membekukan dua sosok tanpa helai benang. Suara desahan melemah. Napas memburu, naik-turun.
Sosok tinggi besar sang pendominasi menghentikan gerakan. Lima detik berlalu. Waktu tak mengenal kata berhenti. Detik-detik terus merangkak, demi mencapai keagungan malam. Hening yang lama membuat lelaki manis risau, gelisah dengan apa yang belum sampai, belum usai. Tidak ada tanda sperma hendak keluar.
"T-tuan…"
Ten memandang. Taeyong menatap nyalang. Mata violet pria dewasa itu seolah menyala-nyala, terbakar nafsu dan desakan jasmani untuk menuntaskan hasrat. Namun ada sesuatu yang ditahan-tahan. Ten tidak paham. Wajah Taeyong tertimpa sinar bulan, membuat warna rambutnya terlihat kecokelatan. Ada senyum ganjil di wajah si pria tampan. Ten mengerjap tatkala lengan besar pria itu menyusuri rahangnya.
Bukan karena sentuhan-sentuhan Taeyong pada wajahnya yang membuat ia menggelinjang, melainkan hawa dingin yang tiba-tiba menyapa kulit telanjangnya. Senyum di wajah pria itu sedikit melebar.
"Kau menggodaku."
Segaris rona kemerahan menghiasi pipi lelaki manis. Ten tidak bermaksud menggoda. Pinggulnya terasa gatal. Ia melakukan gerakan kecil, membuat milik Taeyong yang masih tertanam di dalam sedikit bergeser dari posisi sebelumnya. Taeyong mendesah. Desahan pria itu terdengar dalam dan seksi. Ten terpesona barang tiga detik.
Angin malam berembus semakin kencang. Tirai bergoyang-goyang. Sejenak atensinya teralihkan. Bola mata bergeser arah, memandang sebentar pada jendela yang bergerak maju-mundur akibat angin kencang dan tirai yang enggan diam.
"Jendela … tutup jendelanya, Tuan."
Taeyong tidak menyahut. Pria itu masih menjadikannya sebagai obyek pandangan—tak peduli pada hal lain-lain yang tidak ada hubungannya dengan kepolosan si lelaki manis. Tangan yang semula mencengkram seprai kini merengkuh tubuhnya sendiri. Arah pandangan berpindah pada motif kotak-kotak menjemukan yang beberapa saat lalu dicengkramnya.
Ten tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ini tidak seperti mereka sering bersanggama. Sekali dua kali dalam sebulan adalah angka yang sedikit. Mereka akan bersanggama seandainya Taeyong sedang ingin dan tidak ada kesibukan, atau ketika Ten lelah berpura-pura sibuk bekerja (sebab, pria diktator itu selalu datang ke tempatnya bekerja untuk memastikan kebenaran). Dan lagi, kegiatan kotor itu akan Ten setujui jika syarat-syarat tertentu terpenuhi. Salah satunya ialah uang.
Kebutuhan mendesak membuatnya harus membanting keengganan melayani pria yang kini sudah berkepala empat itu. Ten bukan pelacur. Ia tidak membiarkan siapapun menyentuhnya—tidak ada lagi selain Taeyong. Beruntung, pria beriris violet tersebut tidak melakukan hal-hal gila dalam bersanggama. Dia terbilang normal—walau sedikit aneh.
Seperti saat ini (atau tiap kali mereka berhubungan seksual). Taeyong tiba-tiba berhenti di tengah permainan, pria itu hanya diam, memandangnya, menyusuri wajah hingga dada. Dan kegiatan memandang serta diikuti sentuhan-sentuhan kecil itu akan berlangsung lama. Kadang sampai tiga puluh menit. Hal itulah yang membuat Ten kesemutan, mengangkang (atau yang lebih sial menungging) tanpa melakukan gerakan membuatnya gemas, lebih lagi soal ereksi yang pelan-pelan kembali tidur.
Pernah suatu malam, ia memaksa menggerakkan pinggul. Reaksi Taeyong tak pernah terlintas dalam bayangan. Pria itu menjambaknya, menampar pipinya sampai meneteskan darah di sudut bibir, meninggalkan memar. Dan mencekiknya. Ten tidak ingin hal itu terulang. Sekarang, setiap hendak bersetubuh, ia menyiapkan mental terlebih dulu untuk antisipasi hal-hal aneh yang pasti terjadi di pertengahan permainan.
![](https://img.wattpad.com/cover/181681796-288-k773267.jpg)