— 1993.
Pagi adalah waktu yang tepat untuk mengawali segala hal.
Burung-burung di tepi jendela hinggap bersisian, bernyanyi-nyanyi, bersenda-gurau. Sedangkan sebagian teman mereka meringkuk di dalam sangkar, mengintip diam-diam, merasa pilu karena tak mampu bernyanyi dengan ceria dan terbang berbarengan. Kadangkala sesuatu yang indah selalu didekap erat, diperlakukan istimewa sementara yang maha indah tak merasa bahagia.
Tirai jendela disibak pelan, pancaran cahaya matahari merasuk tepat ke arah mata. Putra tertua keluarga bangsawan Kim memutuskan untuk memejamkan mata sebelum akhirnya mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya. Ada senyum tipis—dan pada kedua pipinya merekah rona kemerahan.
Samar-samar terdengar bunyi denting piano, mengalun lincah dan indah. Ten duduk di tepi ranjang. Memilih diam sebentar sebelum membersihkan diri. Ia menyisir rambut dengan pelan lalu menghela napas berat.
Jungwoo sudah mulai latihan piano kala jam lonceng di sudut ruangan baru menunjuk ke angka lima. Bagus sekali. Adiknya yang cerdas itu mengawali pagi dengan sesuatu yang bermanfaat bagi masa depannya kelak. Heh. Benarkah demikian. Ten merenung, kepala menunduk, memandang kedua kaki yang telanjang.
Sebagai bagian dari keluarga bangsawan, seluruh keluarga Kim dituntut untuk memiliki kelebihan—kalau bisa dalam segala bidang, entah itu pendidikan, keterampilan maupun seni. Sepupunya, Jisung, memiliki otak yang luar biasa cerdas. Dia dijuluki si Kim Jenius.
Sedangkan adiknya Jungwoo memiliki bakat di bidang seni musik—yang dalam waktu tiga-empat tahun ke depan pasti mengadakan konser tunggal.
Dari luar, keluarga Kim terpandang sebagai keluarga yang sempurna. Tapi setiap kesempurnaan tentu ada satu-dua cacat.
Ten tidak menyebut dirinya sebagai seseorang yang menodai marga Kim. Barangkali dalam hal akademik ia tergolong rata-rata, tidak secemerlang Jisung dan Jungwoo. Namun, ada satu hal yang membuatnya berbeda. Ia mendalami fotografi—dan dari fotografi inilah masalah serius muncul. Ayahnya tidak begitu senang. Pria berkepala empat pemimpin keluarga Kim itu lebih setuju apabila Ten mendalami agronomi guna menyejahterakan sekian hektare ladang pertanian. Dan banyak hal lain yang diperdebatkan, yang sialnya tidak dimengerti Ten.
Barangkali penentangan itu hanya kedok untuk membuatnya merasa tak berguna. Sebab, hanya dia sendirilah dari sekian turunan Kim yang memiliki kecerdasan rata-rata. Berbagai masalah menjadi penyebab Ten diasingkan, tak lagi diperhatikan sang Ayah. Tapi ia tahu ia lelaki yang beruntung, karena dari situlah ia merasa begitu dekat dengan kebebasan. Tak ada lagi yang melarangnya pergi ke luar, ke mana pun. Berkeliling ke taman, ladang, menelusuri sudut kota, memotret obyek apa pun yang ia suka.
Tak ada lagi perawat yang membangunkannya di pagi buta, tidak masalah mandi pukul berapa. Ten Kim mengambil keuntungan dari ketidak-beruntungannya. Dan pagi ini, ia mengawali sesuatu hal yang sederhana namun menyenangkan hati. Menatap ke luar jendela, memandang burung-burung yang kini hinggap di ranting pohon, mendengar mereka berkicau. Kadang ia merenungi kehidupan dalam sebaris tiga baris kertas kosong.
Ten bersenandung pelan, sepasang matanya terpejam, merasakan belaian angin pagi yang menyejukkan. Sepuluh menit berselang ia memutuskan untuk membersihkan diri, mengenakan pakaian sederhana, membetulkan baret yang tersampir di kepala, pergi sarapan, kembali ke kamar, meraih kamera dan melangkah ceria keluar dari Mansion Kim.
Ia bukan lagi burung murai yang terjebak di dalam sangkar emas.
.
.
Hidup tidak begitu indah, tapi segalanya melebur membentuk seribu satu kisah dan yang dikisahkan tak lain tak bukan ialah perihal kehidupan yang tak begitu indah itu sendiri.Lee Taeyong tidak sama dengan Jaehyun. Dia mengabdikan diri dengan kuas, palet serta kanvas sebagai seorang pelukis kontemporer. Sedangkan Jaehyun cukup bangga dengan julukannya sebagai si pemahat. Keluarga Lee adalah keluarga seni—yang meski namanya tidak sementereng keluarga Kim, tetapi keluarga Lee tetap termasuk ke dalam daftar orang-orang yang patut diperhitungkan.
