Let's Get Lost Together 1 : Lost In The Sea

293 46 2
                                    

Pirates AU

Taeyong merasa kepalanya sangat berat ketika ia baru tersadar sehabis pingsan, mendapati dirinya berada dalam dek perahu. Langit cerah menyambut penglihatannya. Taeyong hendak mengangkat tangan untuk menutupi mata dari silaunya cahaya matahari. Ia meringis, merasakan lilitan kain kasa membebat lukanya di lengan. Mengabaikan rasa sakit akibat lebam di sekitar pundak. Nanti akan sembuh sendiri, pikirnya. Ia sudah terbiasa dengan luka, dan luka ini masih belum seberapa.

Taeyong memaksa diri untuk bangkit, namun tidak sanggup dan ia hanya terduduk lemah. Terdengar alunan melodi yang berkejaran dengan kepak sayap camar di angkasa. Ternyata Ten duduk tak jauh darinya, sedang memainkan gitarnya. Lelaki itu terlalu larut bermain musik hingga tak menyadari Taeyong sudah terbangun.

Taeyong menatap Ten dengan sepenuh pertanyaan. Di mata Ten, itu adalah tatapan datar yang sama seperti saat lelaki itu menghajar bandit yang mereka temui sebelum lari menaiki perahu ini.

"Kaukah yang menyelamatkanku?" tanya Taeyong, mengingat yang baru saja terjadi. Sekitar dua jam lalu sebelum ia pingsan━arlojinya hancur, rusak parah, jadi ia mengira-ngira.

Ten mengangkat bahu tak peduli. Ia berhenti bermain dan meletakkan gitar di samping.

Dalam usaha perburuan harta, Taeyong dan Ten dikejar bandit. Para keparat itu rupanya sudah menunggu hingga saat Taeyong dan Ten menemukan peta menuju lokasi harta karun di reruntuhan kuil kota Roma. Baku hantam pun tak terelakkan lagi. Para bandit berhasil dilumpuhkan, tetapi Taeyong sedikit kurang beruntung. Ia pingsan akibat lukanya terlalu banyak mengeluarkan darah. Ten menyeretnya naik ke atas perahu setelah merompak dari dermaga milik nelayan setempat.

"Tak perlu berterima kasih," ujar Ten bahkan sebelum Taeyong sempat bicara, "Kita sudah berjanji untuk bekerja sama dan saling membantu."

Ten menyingkap lengan kemeja Taeyong, memeriksa apakah masih ada pendarahan yang mungkin membahayakan. Akan tetapi, ia menyadari gerakan tubuhnya yang refleks, bersentuhan dengan kulit Taeyong━yang sebetulnya masih terasa asing baginya━Ten cepat-cepat menarik diri, lalu membuang muka.

"Sampai harta karun itu ditemukan, lalu aku akan menghabisimu," lanjut Ten.

Taeyong mengangkat bahu, senang atas perhatian Ten, sekaligus geli melihat sikap defensifnya yang maju mundur bimbang.

"Huh? Kau merampok kapal lagi? Sayang sekali, aku kasihan pada para nelayan miskin itu."

"Mau bagaimana lagi. Tidak ada cara lain. Seharusnya aku bisa mengambil perahu ini dengan cara lebih baik. Kalau aku tidak segera menyelamatkan rekanku yang terluka, aku khawatir bos bandit itu sedang mengawasi dari dekat."

"Mana gulungan petanya?" Taeyong bertanya.

Ten mengeluarkan gulungan kertas tebal dari dalam tas karpet yang usang.

"Kau percaya pada petunjuk ini?" Ten ingin mencari penegasan.

Taeyong membuka gulungan peta itu, yang ternyata berukuran sangat besar, kira-kira selebar dada hingga perut orang dewasa. Peta kuno itu kertasnya sudah menguning dan tintanya hampir memudar. Kemudian, Taeyong menyeringai.

"Ya. Percayalah pada informanku."

Ten menelengkan kepala. Untuk saat ini, ia hanya punya satu opsi, yaitu percaya pada Taeyong.

Sekilas Ten melirik dari sudut mata. Kemeja Taeyong itu dua kancing teratasnya terbuka. Dada bidangnya yang putih berkilau di bawah terpaan sinar matahari. Ten menelan ludah. Ada bekas luka melintang dari tulang selangka. Mungkin itu bekas luka baru. Ten ingin tahu, seberapa banyak jejak luka di sekujur tubuh Taeyong. Namun, ia mengunci mulutnya. Taeyong hanya partner (sewaan) yang nanti harus disingkirkan setelah misi selesai.

"Ayo! Bawa aku ke neverland." Ten berujar antusias.

Taeyong diam-diam menilai Ten, yang baru saja mencuri pandang padanya. Lelaki misterius, yang tiba-tiba muncul menawarkan pekerjaan menantang ini, dengan imbalan yang luar biasa. Taeyong menggulung halaman peta dan mengikatnya seperti semula, kemudian menyerahkan pada Ten untuk disimpan kembali.

"Ayo! kita tersesat bersama di lautan." Taeyong menjawab.

Kedua orang itu melempar pandangan ke batas horizon, menerka-nerka seperti apa dunia di ujung samudera sana. Perahu mereka hanyut di tangan lautan. Mereka yakin akan menemukan pusaka rahasia di ujung cakrawala bersama.





- hehehehe, iya tau, mungkin aneh baca Taeten versi bajak laut. But, I can't stop setiap ada ide cerita pasti tokoh nya bemuara ke mereka, Jadi jangan kaget dengan karakter mereka disini atau dicerita yang lain.

Limerence - TaetenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang