Apa yang kau lihat darinya?
Senyum tipis terulas di bibir Taeyong. Ekspresinya tak terdefinisi ketika Ten tanpa beban menyatakan hubungannya dengan Seulgi padanya.
"Heh, jadi kalian berdua benar-benar pacaran?"
Seulgi resmi menjalin hubungan dengan Ten.
Mereka Bertiga telah berteman sejak sekolah menengah. Sekarang teman-temannya sudah berpencar mengambil jalan masing-masing. Hanya mereka saja, hanya mereka bertiga sajalah yang seolah sengaja dipertemukan oleh takdir.
Padahal aku ingin kita berdua saja
Taeyong memang tau, instingnya terlampau kuat hingga dapat menyadari hubungan tak biasa dari kedua temannya. Sejak mereka di bangku menengah Taeyong telah mencium sesuatu, sampai bangku menengah atas, Taeyong semakin yakin. Hingga bangku Universitas, semuanya terbukti.
Dan mendengar pengakuan dari mulut Seulgi sendiri, membuat Taeyong hanya bisa tersenyum kecut dalam hati. Karena ia terlambat satu langkah.
"Kalau begitu selamat untukmu Seulgi, dan kau Ten."
Aku harap kalian cepat berakhir
"Terimakasih Taeyong." Ujar Ten sambil menggaruk.
Mata Taeyong melirik dengan kelopak tertunduk angkuh ke arah tangan Seulgi yang menggenggam pergelangan tangan Ten.
"Sama-sama. Aku turut bahagia, kalian kan teman baikku."
Mimpi buruk menyertai kalian.
🌀🌀🌀🌀🌀
Lama. Rasanya seperti seribu tahun lamanya bagi Taeyong untuk menunggu retaknya hubungan Seulgi dan Ten. Enam bulan ia menahan rasa sesak yang menggerogoti hatinya tiap kali melihat kedua temannya bermesraan.
Taukah bahwa ia sangat benci? Tidak. Mereka terlalu bodoh untuk menyadari sandiwara Taeyong yang begitu sempurna.
Ketika jemari keduanya saling bertaut, Taeyong ingin sekali memotongnya.
Ketika mata keduanya saling tatap penuh hangat, Taeyong ingin mencongkelnya.
Ketika tubuh keduanya terlampau intim, Taeyong ingin mencabiknya.
Namun semuanya berhasil ia tahan. Dengan segala kesabaran yang ada. Demi berjalannya rencana, demi hari ini. Rasa bahagia tak pernah ia rasakan lagi setelah hari ini. Hubungan mereka retak dan Taeyong bahagia. Terlebih, siapa sangka targetnya akan datang sendiri ke dalam jaring yang ia buat.
Aku yang menang
Ketika bel apartemennya berbunyi. Ia tau bahwa Seulgi yang ada di balik pintu. Senyum miring terpatri di bibirinya ketika melangkah untuk membuka pintu, lalu menghapusnya dengan ekspresi prihatin ketika pintu telah terbuka.
"Kau benar-benar datang, Seulgi."
"Ya, aku sudah mengatakan alasannya padamu di telepon kan?" Wajah yang selalu cerah ceria itu terlihat begitu kusut.
"Aku turut sedih. Silahkan masuk."
"Terimakasih, Taeyong. Kau teman yang baik."
Taeyong tersenyum tipis.
Sejak awal memang akulah yang terbaik
Seulgi mendaratkan bokongnya di atas sofa. Menyandarkan punggunggnya selagi menunggu Taeyong menyiapkan minuman. Menghela napas berat lalu memejamkan matanya erat. Siapa sangka jika membantu Johnny, teman satu sekolah menengah dulu untuk menemui pacarnya yang sedang berselingkuh di sebuah hotel, justru menjadi bumerang baginya. Dan sialnya, Ten terlah terlebih dulu termakan cemburu ketimbang mendengar penjelasannya. Ia marah, kesal tentu saja. Tapi tetap saja tak bisa mengakhiri hubungan mereka hanya terbawa emosi sesaat. Ia pikir memang mereka butuh waktu untuk menenangkan diri.
