Yahh, berhubung aku sebal crazy update 🤧🤧 komennya pada tenggelam entah ke mana. Yaudah.
Aku memutuskan untuk update 2-3 hari sekali. Pokoknya harus tamat paling lama awal bulan Juni. Biar bisa cetak S2.
Sekarang aku nodong. Pokoknya kudu vote dan komen. Nggak mau tau, sebelum aku ngambek.
Selamat membaca.
***
“Kau gugup?” bisik Ein saat mengiringi Raeli masuk ke aula pemberkatan. Sudah banyak orang yang berkumpul untuk menyaksikan upacara tahun ini.
Putri tunggal Servant sangat jarang datang ke pesta-pesta bangsawan, setidaknya sebagian orang berpikir inilah saatnya untuk menyaksikan Raeliana De Servant yang bertunangan dengan putra mahkota—bagi orang yang tidak datang pada malam perayaan usai perang.
Raeli memberikan senyum palsu. “Kau tahu aku akan gugup, tapi tetap saja kau dengan wajah tanpa dosa memberikan buruanmu padaku.”
“Nero yang menemukannya.”
“Jangan jadikan dia sebagai alasan persaingan, Pangeran.” Raeli membuang muka.
“Jadi, kau akan lebih suka jika Duke Sharakiel yang memberikan buruan?” tanya Pangeran Ein dengan wajah tidak suka.
Raeli menoleh sambil menyeringai. “Apa kau cemburu?”
“Padamu?”
Raeli mendengkus. “Tidak. Kau cemburu pada kuda.”
Raeli dan pangeran tidak melanjutkan pembicaraan karena dihentikan oleh suara wakil pendeta agung yang mulai bicara dari atas mimbar. Raeli melihat kening pangeran berkerut penuh tanya.
“Ada apa?” tanya Raeli.
“Tidak. Biasanya wakil pendeta yang akan memberikan berkat. Kenapa muncul sekarang?”
Raeli menggeleng pelan. Tidak lama setelahnya Pendeta Agung Xain muncul di atas mimbar dengan senyum lebar dan pakaian lengkap jubah putih. Anting lambang katedral berayun di telinga kanannya, memantulkan sinar batu sapir.
Memangnya Xain itu terlahir dari para orang salju, ya? Kenapa dia putih sekali. Seperti setumpuk salju yang jatuh menutupi mimbar kemuliaan, batin Raeli.
Raeli bergerak gelisah di sisi Pangeran Ein setelah menangkap sosok Rict yang tersenyum kecil padanya dari arah lain. Ia jadi tidak fokus lagi pada ucapan-ucapan para pendeta di mimbar. Mendadak saja Raeli merasa kalau mereka semua harus pergi dari aula ini sekarang juga.
“Ein?” panggil Raeli. “Kita har—”
“Yang Mulia Putri Raeliana De Servant, tolong mendekat ke mimbar kemuliaan,” kata Xain dari atas mimbar dengan senyum lebar.
Sepertinya pria itu senang sekali setelah mendengar kalau yang akan diberkati adalah Raeli. Padahal katanya kakek itu tidak pernah menunjukkan dirinya pada publik secara terang-terangan.
Apa Xain bisa menangkap rasa gelisah Raeli?
Raeli menatap pangeran untuk sejenak dan mengencangkan pegangan. Berharap pria itu menahan Raeli untuk maju.
“Pergilah. Aku tidak akan ke mana-mana,” kata Pangeran Ein.
Bukan itu masalahnya, maki Raeli dalam hati. Aku ingin pergi dari sini.
Sayangnya, walau sudah mengucapkan kalimat itu dalam hati, ia malah mengangguk dan berjalan maju untuk mendekati mimbar. Raeli sempat melirik di mana Rict berada. Pria itu masih di sana dengan senyum yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crown Prince's Fiancee (TAMAT)
Fantasy(Series 1 Easter : Season 1 dan 2 sampai Ending) // SUDAH TERBIT Tersedia juga di Aplikasi ® Fizzo ® Hinovel ® GoodNovel ® Kubaca Attention please : DIHARAP UNTUK TETAP MEMBACA SETIAP CATATAN DARI AUTHOR PADA AWAL DAN AKHIR CHAPTER. FOLLOW DULU SEB...