Chapter 75 (Season 2)

9.4K 1.4K 101
                                    

Holla!
Yang kemaren-kemaren pada uring-uringan karena minta update. Yg ngeluh kenapa update lma banget. Nih, aku update nih 🤣🤣
Ngahahahaha

Jadi, jangan lupakan vote dan komen.
Lalu ... Berhubung perihal bukua season 1 yang mau cetak, sekarang udah masuk tahap layouting, jadi bagi yang menunggu² mau ikut PO cetak bareng kita, tungguin aja, ya. Nggak lama lagi kok. Nabung dulu 😁😁

Karena udah sampe tahap ini, aku update 1 dulu. Sore kalo aku nggak lupa atau nggak manger atau sengaja lupa (digampar 🤣🤣) aku bakal update 1 eps lagi. Jadi tungguin aja ampe lumutan *eh

Selamat membaca semuanya dan selamat menikmati plot cerita yang makin hari makin ancur lebur 🤣🤣

***

Kediaman Sharakiel terlihat dan terasa tenang di tengah malam yang berangin. Lampu-lampu taman yang menyala—berkat batu sihir—dalam wadah bulat putih melambai-lambai bak api lilin tertiup angin.

Akan datang badai, mungkin menjelang fajar.

Suara lari kecil terdengar di lorong kediaman Sharakiel berserta teriakan-teriakan kecil yang memenuhi lorong di tengah malam.

“Ayah!”

Suara pintu ruang baca yang terbuka mengalihkan pandangan Rict dari buku tebal yang sedang dibacanya. Pria itu tersenyum pada sosok gadis 7 tahun yang baru saja berlari kecil memasuki ruangan.

“Kenapa kau ke sini, Mareyya?” tanya Rict saat menggendong putrinya ke pangkuan.

“Ayo, kita tidur bersama,” kata Mareyya dengan pandangan berharap. “Aku tidak bisa tidur karena mimpi buruk.”

Rict tersenyum memeluk putrinya. “Jadi, Ayah harus bagaimana agar kau bisa tidur?”

“Peluk aku.”

Rict tertawa kecil menanggapi ucapan putrinya. Tetapi sayang, pandangan Mareyya menangkap buku yang terbuka di depannya. Kemudian gadis kecil itu merengut dengan mata tajam.

“Kenapa Ayah membaca buku ini lagi? Kau menemui lady yang ada di buku ini lagi?” tanya Mareyya dengan suara penuh tudingan.

Rict mengangkat bahu sambil tersenyum. “Kami berteman.”

Mareyya mendengus. “Dia kan berbeda dari kita. Kenapa Ayah berteman dengannya? Aku tidak suka buku ini.”

Mareyya mendorong buku itu hingga jatuh ke lantai. Rict dengan tenang kembali memungutnya dan melihat bahwa buku itu terbuka di bagian akhir. Bagian yag paling dibenci oleh Mareyya.

“Aku benci mereka!” Mareyya merenggut halaman akhir dari buku itu yang terdapat gambar seorang pria berlumuran darah di pedangnya. Serta gambar seorang gadis yang tergeletak mati bersimbah darah.

Mareyya menyobek habis beberapa halaman terakhir dari buku itu dan menghamburkannya jadi serpihan kecil. Sedangkan Rict hanya diam menatap lembaran tragedi dari buku itu hancur.

“Mareyya?” panggil Rict.

Mireyya mendongak pada Rict.

“Gadis itu mengacaukan ceritanya.”

Mireyya mengangguk. “Tetapi Ayah, tragedinya takkan bisa berubah. Bukankah kau bilang begitu?”

Rict menyeringai.

Tiba-tiba pintu ruang baca yang sudah terbuka itu memunculkan bayangan seseorang. “Nona, kenapa Anda ada di sini?”

Rict menurunkan Mareyya dari pangkuannya dan ikut berdiri. Menggiring gadis kecil itu kembali pada pengasuhnya. “Ayah akan menemanimu tidur.”

The Crown Prince's Fiancee (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang