Chapter 20

22.1K 3.1K 22
                                    

Minal aidzin walfaidzin, semuanya.
Aku males cuap-cuap. Udahlah, ya.
Selamat membaca dan jangan lupa vote+komen 😁😁

(***)

Raeli menatap keluar kereta kuda selama perjalanan pulang. Setelah Rose berlari mencarinya dan menyampaikan pesan Pangeran Ein, ia langsung bergegas pulang.

Pria itu datang ke toko hari ini pasti punya sesuatu untuk di sampaikan dan tidak sengaja berada di situasi tersebut. Raeli hanya merasa harus berterima kasih karena sudah menyelamatkan nyawanya.

Jika saja pangeran tidak cepat datang, mungkin Raeli sudah mati dengan keadaan pisau tertusuk ke leher. Hanya saja ia tidak menyangka bahwa pangeran akan menangkap pisau itu dengan tangannya dan terluka.

Karena Raeli, pria itu tidak bisa memegang pedangnya.

Kenapa peran utama malah harus menyelamatkan pemeran pembantu seperti Raeliana ini? Apa-apaan pula ucapannya yang bilang ingin menyelamatkan tunangan?

Jujur saja, Raeli sedikit tersentuh karena apa yang dilakukan pria itu.

Tanpa sadar pintu kereta terbuka, pelayan Raeli yang biasa mengantarkannya itu mengulurkan tangan untuknya. Saat ia keluar memang benar ada kuda milik pangeran dan Tristan. Ternyata mereka benar-benar menunggu.
Kemungkinan mereka menunggu sejak kereta menjemput Raeli.

Raeli masuk ke rumah dan bertemu kepala pelayan yang baru saja keluar dari ruang kerja ayahnya.

“Selamat sore, Nona.”

Raeli memeberikan senyum. “Di mana Yang Mulia Ein?”

“Mereka sedang menunggu Anda di ruangan Duke.”

“Baiklah, terima kasih.”

Setelah membungkuk pada Raeli, pelayan itu meninggalkannya. Tidak ada Tristan di depan pintu. Pria itu pasti berdiri di sisi dalam.

Raeli mengetuk pintu. “Ini aku.”

Tristan membukakan pintu dan sedikit membungkuk padanya. “Yang Mulia sedang menunggu Anda.”

Begitu Raeli masuk, tiba-tiba ibunya datang memeluk. Wajahnya terlihat cemas. Ah, pangeran pasti memberitahu hal yang terjadi di toko hari ini.

“Aku baik-baik saja, Ma,” jawab Raeli.

Yang ia khawatirkan, bagaimana jika masalah ini sampai pada Carry dan kakaknya itu akan langsung membuang Roseline. Ke mana lagi Rose akan pergi dengan semua masalah sebesar itu?

“Yang Mulia datang tepat waktu.”

Raeli berutang, tetapi tidak bisa dibayar dengan hanya tart lemon.

Raeli dan ibunya kemudian kembali duduk. Mengambil posisi di sebelah pangeran. Dengan secangkir teh yang sebelumnya sudah disediakan.

“Aku hanya melakukan sesuatu yang semestinya kulakukan,” kata pangeran dingin.

Lihat, pria itu kembali ke bentuk aslinya. Tentu saja. Pangeran akan melakukan hal yang sama jika melihat orang lain di situasi seperti itu. Tentang menyelamatkan tunangan, Raeli yakin itu hanya lelucon untuk menggodanya.

Sayangnya, pria itu berhasil.

“Untungnya Anda sempat datang ke sana, Yang Mulia,” kata Duke Servant. “Saya benar-benar berterima kasih.”

Pangeran hanya diam tidak merespons.

Kenapa urusan dengan pria ini selalu jadi yang menyusahkan Raeli, sih?

Tujuan hidupnya setelah menjadi Raeliana hanyalah hidup tenang tanpa ikut campur dengan kisah cinta putra mahkota dan Roseline. Sayangnya, kisah di novel asli itu sudah kacau.

“Kaisar mungkin akan menempatkan seorang kesatria bersamamu, Nona Raeliana,” kata pangeran tanpa sedikit pun melirik Raeli.

“Ya, saya rasa itu juga lebih baik,” jawab Duke Servant. “Akan lebih aman untuk menghindari hal seperti ini terjadi lagi."

Sial. Inilah yang Raeli tidak inginkan. Ia tidak mau punya seorang pengawal pribadi. Sedangkan pengawal keluarga saja ia tidak mau. Bagimana dengan privasinya?

“Aku sudah bilang, privasi ….”

“Apakah privasi lebih penting dari nyawamu?”

Raeli melihat pada pangeran Ein. Pandangan pria itu terlihat tinggi dan merendahkan bagi Raeli. Pandangan ketika Raeliana berusaha menyapanya saat bersama Roseline.

“Maaf, Yang Mulia. Kejadian seperti ini tidak akan terulang lagi.”

“Raeliana De Servant, kejadian seperti ini tidak bisa kau prediksi kapan akan datang. Kau tidak bisa mengira hal seperti itu bisa atau tidaknya terjadi.”

Raeli merasa sesaat dirinya merinding.

“Kau ingin menolak keinginan kaisar?”

***

Ein marah.

Tidak pernah sebelumnya ia merasa marah seperti ini hanya karena seorang gadis. Marah yang Ein rasakan bukanlah karena sebuah kecerobohan atau kegagalan dari para bawahannya di istana. Tetapi marah karena seseorang terus saja melanggar apa keinginannya.

Ein marah pada Raeliana yang tidak peduli pada keselamatannya sendiri.

“Sadarilah, Raeliana. Kaisar bisa memaksamu menjadi tunanganku jika dia mau,” kata Ein lagi. “Dan syarat-syaratmu itu tidak berlaku.”

Raeliana mengalihkan pandangan pada orang tuanya. Duke dan Duchess Servant tidak terlalu mengikuti pembicaraan itu karena sebelumnya Ein sudah mengatakan pada mereka bahwa Raeliana kemungkinan akan berkeras menolak pertunangan yang kaisar dan Ein inginkan.

Jadi, kali ini Ein ingin dirinya sendiri yang mengatasi.

“Ya, Yang Mulia,” jawab Raeliana pelan.

Ein akan memaksanya, tentu saja.

Jika Raeliana tidak bisa melihatnya sebagai orang biasa, maka Ein akan memaksa gadis itu untuk melihatnya sebagai putra mahkota.

Kalau Ein tidak bisa membuat gadis itu tunduk padanya, setidaknya ia akan membuat Raeliana takut padanya. Dengan begitu, saat Ein ingin gadis itu di sisinya, maka Raeliana tidak akan menolak.

Ein meraih cangkir tehnya. Mungkin dengan sedikit minum akan membuatnya lebih baik. Tetapi karena luka di tangannya ia jadi tidak bisa memegang gelas dengan benar sampai-sampai gelas itu terjatuh dari tangannya dan pecah di lantai.

“Yang Mulia!”

Orang-orang di sekitarnya itu berteriak khawatir, bahkan Ein mendengar langkah cepat Tristan yang menghampiri.

“Anda tidak apa-apa?” tanya Raeliana yang dengan cepat melihat ke gelas di bawah kaki Ein.

“Tidak. Jangan cemaskan aku.”

Ein menutup wajahnya dengan sebelah tangan, merasa geli sendiri karena tidak bisa mengontrol emosi hingga tidak bisa memegang gelas dengan benar.

“Tolonglah segera mengobati tangan Yang Mulia kepada dokter kerajaan.”

Itu lagi? Ein tidak ingin mendengarkan kecemasan apa pun tentang dirinya. Sekalipun dari Raeliana.

Ein segera berdiri. “Besok kereta dari kekaisaran akan tiba untuk membawamu pindah ke istana, Raeliana. Jadi segeralah berkemas.”
.
.
.
Original story by Viellaris Morgen
Rabu (27 Mei 2020)

Original story by Viellaris MorgenRabu (27 Mei 2020)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Crown Prince's Fiancee (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang