Chapter 116 (Season 2)

4.3K 816 16
                                    

“Saya pikir Anda sudah tidak mau datang menemui saya,” kata Xain yang duduk di depan Ein. Sedangkan Teja berdiri di belakangnya. Sepertinya pria itu tidak pernah meninggalkan ruangan Xain sama sekali.

Atau mungkin datang dan pergi dengan sihir?

Ein meletakkan kertas-kertas laporan yang diberikan oleh Duke Servant ke meja di depan mereka. Sebenarnya memang Ein tidak mau bertemu dua orang ini yang dengan jelas bilang harus membunuh Raeliana. Namun, Ein juga tidak bisa menghindarinya. Xain juga orang yang sangat penting di kekaisaran.

“Apa saat kembali dari Roam kau sudah tahu bahwa Rict Sharakiel adalah Rict Horton yang mencuri tubuh Horton Foxia?”

Xain yang bergerak ingin mengambil dokumen itu mendadak berhenti dan mengangkat kepala pada Ein. Lalu kembali ke posisi duduk tanpa sempat menyentuh dokumen, melirik pada Teja.

“Tidak,” jawab Xain.

Sepertinya pria itu jujur mengatakannya.

“Bicara saja seperti biasanya,” pinta Ein.

“Ya, saat pergi dari Roam, aku tidak tahu apa pun selain fakta bahwa praktik terlarang untuk menukar jiwa itu bisa dilakukan. Aku hanya mencari tahu tentang apa yang sebelumnya Tristan dan Charael laporkan. Bahwa memang mencuri jiwa-jiwa orang mati dan memasukkannya ke tubuh orang lain itu memang bisa.”

“Lalu bagaimana kau tahu bahwa Rict adalah Penyihir Terkutuk dari Zelmehir itu?”

“Aku mengunjungi Zelmehir setelah keluar dari Roam. Di sana pula aku baru tahu bahwa penyihir yang melakukan praktik terlarang juga bisa meninggalkan raganya dan pindah ke tubuh lain.”

“Dengan kata lain, saat itu kau juga masih curiga bahwa Rict Horton adalah Rict Horton yang datang ke keluarga Sharakiel?”

“Ya, Pangeran. Ditambah dengan pesan yang Anda kirimkan tentang dugaan Raeliana.”

“Lalu bagaimana kau menyimpulkan bahwa Rict adalah orangnya?”

“Orang itu selalu menghindariku, Pangeran,” kata Xain. “Setiap kali kami memiliki kesempatan bertemu, Duke Sharakiel selalu mengelak.”

“Karena jika dia mendekat sendiri, Pendeta Agung akan langsung tahu bahwa ada hal yang mencurigakan,” tambah Teja.

“Ya, seperti pada pesta perayaan pertunangan.”

“Lalu tentang orang berjubah hijau itu?” tanya Ein lagi.

Xain mengembuskan napas pelan. “Sihir Kuno terkenal dengan sihir yang paling sulit dilacak keberadaan dan sisa mananya. Karena sihir itu bisa dilakukan dengan atau tanpa memperlihatkan warna dari mana. Orang itu pertama kali muncul saat eksekusi mati Roseline.”

Ah, Xain sudah pernah mengatakan itu. Orang berbahaya lain.

“Dia datang dan menghilang begitu saja. Sihir kuno juga termasuk sihir yang langkah meski kelahirannya tidak berperiode. Setiap satu mati, maka akan lahir satu. Artinya hanya ada satu pemilik sihir kuno.”

“Karena kau sudah tahu bahwa Rict adalah pemilik sihir kuno, secara otomatis kau juga menyimpulkan bahwa orang berjubah itu adalah dia. Begitu?” tanya Ein dengan kening berkerut. Ini mudah dipahami.

“Benar, Pangeran. Bukankah Anda sudah mendengar sendiri?”

Ein menatap Xain dengan pandangan lekat.

“Saat pertama kali dia menghampiri kita pada hari kejadian ledakan aula katedral. Dia bilang melihat orang mencurigakan berjubah hijau. Tidak ada orang seperti itu yang masuk ke katedral.”

Ein bersandar. Jadi, itu hanyalah obrolan pancingan?

“Terlebih lagi, bagaimana dia bisa tahu kalau orang mencurigakan yang dimaksud adalah orang berjubah hijau?”

Bahu Ein tegang. Xain ada benarnya. Bagaimana orang yang biasanya menghabiskan waktu di gedung parlemen dan seorang tanpa sihir bisa masuk dalam pembicaraan para kesatria seperti itu jika tidak pernah terlibat pertarungan?

“Kenapa kau tidak memberitahuku sejak saat kau kembali dari Roam?” tanya Ein dengan pandangan tajam.

“Ah.” Xain bergerak memperbaiki duduknya. Apakah pria itu merasa tidak nyaman?

“Kau tidak melaporkan apa pun.”

“Aku tidak melakukannya karena Raeliana termasuk dalam bagian laporan itu.”

“Sekarang aku ingin dengar bagian Raeliana yang termasuk dalam laporan mengerikan itu, Xain.”

“Pangeran,” kata Teja memotong obrolan. Pria itu berdiri dengan sedepa sambil memejamkan mata. “Apakah pembicaraan di kamar Anda hari itu masih belum bisa diterima?”

Xain bergerak dengan gelisah.

“Raeliana De Servant adalah reinkarnasi kedua dari orang yang bernama Thantiana Millesca.”

Ein tersentak. Reinkarnasi kedua? Pria bernama Teja ini bercanda, ya? Sejak pertama kali bertemu selalu saja memberikan ucapan-ucapan mengejutkan yang bisa menghancurkan ketenangan Ein.

Ein mendengus. “Sejak pertama bertemu, ucapan Anda selalu membuat terkejut, ya.”

“Anda tidak percaya?” tanya Teja sambil menatap Ein.

“Entahlah. Dari semua yang sudah terjadi, bisakah aku tidak memercayai sesuatu?”

“Mungkin Anda bisa menanyakan siapa itu Thantiana Millesca pada Baginda Kaisar Iberich. Beliau pasti mengenal siapa Thantiana Millesca.”

***

Thantiana Millesca.

Siapa lagi itu? Kepala Ein sudah dibuat pusing dengan Raeliana yang tidak kunjung bangun, ditambah fakta mengejutkan yang tidak masuk akal Rict Sharakiel. Lalu sekarang Teja menyebut nama orang lain yang hanya Kaisar Iberich yang mengenalnya.

Teja dan Xain itu benar-benar kembaran. Mereka tidak mau menjawab lagi apa yang ingin Ein ketahui sebelum ia mendapat keterangan dari kaisar mengenai Thantiana Millesca.

Masalahnya, tidak mungkin Ein mendatangi kaisar hanya untuk menanyakan siapa wanita bernama Thantiana itu. Ein mungkin akan gila jika melakukan itu.

Kalau kaisar memang mengenal wanita ini, mungkin saja Thantiana adalah bagian dari masa lalu ayahnya. Tidak mungkin Ein menanyakan tentang masa lalu kaisar. Bisa-bisa ada rumor tidak sedap lainya tentang selir atau kekasih rahasia kaisar atau semacamnya.

Namun ….

Ein mendadak menghentikan langkahnya saat sedikit lagi mencapai pintu kamarnya untuk melihat Raeliana. Ia jadi teringat sesuatu dari ucapan Teja yang baru disadarinya.

Teja bilang reinkarnasi kedua. Itu berarti Thantiana Millesca sudah mati sejak lama. Bisa jadi wanita itu hanya kenalan kaisar. Mungkin setelah melihat Raeliana, Ein bisa menemui kaisar secara pribadi dan bertanya.

“Tristan?” panggil Ein saat mendorong pintu kamar, ia sedikit berbalik untuk melihat Tristan yang baru saja hendak berdiri di sisi luar pintu.

“Ya, Yang Mulia?”

“Aku ingin bertemu dengan baginda. Bisakah kau temui Tuan Sharon dan katakan bahwa aku ingin minum teh dengan baginda?”

“Baiklah, Yang Mulia. Saya akan segera ke sana setelah Anda masuk,” kata Tristan.

“Terima kasih. Lalu katakan juga pada Charlotte untuk menyiapkan teh herbal saja.”

Tristan mengangguk, setelah itu Ein masuk ke kamar dan menutup pintu. Menemukan Raeliana masih terbaring tidur di tempat tidurnya tanpa bergerak sedikit pun.
.
.
Original story by Viellaris Morgen
Jum'at (07 Mei 2021)

The Crown Prince's Fiancee (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang