Chapter 46

15.5K 2.6K 225
                                    

Ternyata harus update lagi 🤣🤣 padahal kupikir update besok atau 3 hari lagi karena mau ngumpulin vote dulu. Taunya udah 40 aja 🤭🤭 yaudah. Target vote chapter ini harus 55 baru update lagi. Wkwkwk
Biar lama Ha Ha Ha
Kalo masih tembus juga dalam 1 hari, kalian dabest 💃🏻💃🏻

Oh, iya. Di chapter "Halo, Gengs!" Sebenerny aku mau hapus. Tapi sayang vote 🤣🤣 jadinya nomer aja yang kuhapus. Bagi yang mau gabung ke grup spoiler, silakan tanya anak2 yang punya nomerku 🤣🤣 selamat mencari.

Yuk, silakan baca.
Pasukan yang suka sebel sama Ein mana suaranya? 🤣🤣

Jangan lupa vote dan komen yaakkk

***

Anne mengetuk pintu kamar Raeliana. Memanggilnya untuk bangun dan siap-siap sarapan. Mereka harus ke toko hari ini karena terlalu lama meninggalkan tempat itu. Beberapa hari di Dominion membuat Anne dan Raeliana tidak tahu perkembangan toko.

Sebenarnya Anne tahu alasan Raeliana kabur dari pangeran. Hanya saja tidak mengungkitnya. Bagaimana bisa seorang gadis bertahan dengan patah hati saat tahu tunangannya malah tertarik dengan gadis lain?

Anne juga jadi ingin mengutuk pangeran.

"Nona, bangunlah!" teriak Anne seperti biasa sebelum masuk ke kamar. "Permisi, saya akan masuk."

Anne masuk ke kamar dan melihat ruangan itu sepi, juga jendelanya yang terbuka lebar.

"Nona?" panggil Anne yang berjalan ke tempat tidur yang tirainya menutupi penuh tempat tidur. Tidak biasanya Raeliana tidur dengan tirai tertutup seperti itu. "Kenapa tidur dengan jendela terbuka seperti ini? Anda bisa sakit."

Merasa tidak ada jawaban Anne jadi kesal dan memperlebar langkah untuk cepat menyibakkan tirai. Betapa terkejutnya ia melihat tempat tidur itu kosong dan bersih. Raeliana tidak ada di tempat tidur. Hanya ada selembar kertas.

Anne mengambil kertas itu dan membacanya. Tubuhnya gemetar karena rasa takut. Nama yang tertulis di kertas itu sama dengan nama orang yang beberapa hari lalu di bahas Duke dan Raeliana di kereta saat pulang.

Parahnya surat itu tampaknya ditujukan untuk Pangeran Ein.

"Tuan besar! Tuan Carry!"

Anne tidak bisa menahan dirinya, tidak bisa membendung air mata. Anne hancur oleh rasa takut dan cemas sampai terduduk di lantai sambil memegang surat itu.

***

"Siapkan pasukan sekarang juga!" teriak Pangeran Ein yang memenuhi seisi aula singgasana itu.

Rapat mendadak diadakan setelah Carry dan Duke Servant datang ke istana pagi-pagi dengan mambawa surat ancaman.

Carry yang baru saja bangun terkejut bukan main saat Anne berteriak dari dalam kamar Raeliana. Pelayan itu histeris memanggil Carry dan papanya sambil menyebut-nyebut Raeliana.

Carry yang mendengar itu langsung saja tanpa berpikir panjang menghampiri kamar Raeliana yang berada di lantai 2, menemukan Anne terduduk di lantai sambil menangis. Ada secarik kertas di tangannya. Kamar itu dalam keadaan jendela yang terbuka lebar.

Saat Duke dan Kris juga mama datang, Anne menyerahkan surat itu pada Carry. Sebuah surat ancaman. Lalu Carry dan Duke bergegas menuju istana. Duke melaporkannya pada kaisar dan Carry pada pangeran.

Surat itu sekarang ada di tangan Pangeran Ein yang terlihat menggebu-gebu penuh amarah dan kecemasan.

"Tenanglah, Pangeran. Kita akan mencari jalan keluarnya," kata salah satu menteri yang Carry ingat dari faksi bangsawan. "Kita tidak bisa bertindak gegabah hanya karena satu orang."

The Crown Prince's Fiancee (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang