Chapter 58

14.9K 2.3K 72
                                    

Maafin, ya.
Aku terharu banyak dari kalian yang memantau sampai komen nanyain kapan update.
Aku minta maaf banget. Aku samsek nggak bisa konsen karena di rumahku lagi ada masalah besar banget.

Aku harap semoga update kali ini bisa mengobati sedikit hati kalian, ya. Semoga juga masalah keluargaku cepat kelar, supaya bisa menulis lagi.

Dan maaf banget kalo masih akan slow update dulu

***

Ucapan Xain masih terngiang-ngiang di telinga Raeli. Hal semacam itu mungkin saja terjadi. Seperti yang tertulis di novel aslinya, Raeliana sangat tersiksa karena rasa suka pada Pangeran Ein yang lebih mencintai gadis lain. Raeliana bahkan sampai tidak mau bertemu pria itu sejak usia 8 tahun.

Raeli mengembuskan napas, berjalan ke arah jendela kamarnya dan duduk di kusen. Bisa-bisanya ia ketahuan oleh Pendeta Agung.

"Aku akan mencaritahu apa yang terjadi pada kalian, dengan begitu kau bisa hidup dengan baik di Easter."

Benar. Raeli hanya perlu hal itu. Lagi pula seperti yang dikatakan oleh Xain juga. Dunia tetaplah dunia. Apa yang ada di Easter juga bisa menjalani hidup dengan bebas. Itu artinya Easter yang sekarang Raeli tinggali tidak ada hubungannya dengan novel asli.

Raeli menunduk melihat surat dari Pangeran Ein yang belum dibuka. Bagaimana jika pangeran tahu kalau Raeli bukanlah tunangannya yang asli? Membayangkannya saja Raeli jadi takut.

Raeli harap pangeran di Easter.

"Nona?"

Raeli melihat ke belakang, Anne masuk untuk mengecek apakah ia sudah tidur atau belum.

"Sejak dulu Anda selalu begitu." Anne menghampiri dan menyelimuti bahu Raeli. "Selalu saja membaca sambil melihat bulan. Anda bisa masuk angin. Sejak kecil Anda sering sakit-sakitan karena hal seperti ini."

Raeli memberikan senyum lebar. Menganggap ucapan Anne hanyalah sebuah kekhawatiran biasa.

"Saya ingin tahu dari dulu, kenapa Anda sangat menyukai bulan. Ternyata Anda sangat menyukai pangeran, ya."

Kening Raeli berkerut menatap Anne. Apa maksudnya itu?

"Anda bilang kalau pangeran sangat menyukai bulan."

Raeli menatap bulan penuh yang menggantung di langit. Kalau diperhatikan, bulan Easter sinarnya sedikit berwarna biru. Memang indah.

"Anda tidak akan membaca surat pangeran?"

Raeli menagangkat surat di tangannya dan tersenyum. "Sebentar lagi."

Anne kemudian mengangguk. "Kalau begitu saya akan pergi. Jangan tidur terlalu larut, Nona."

"Terima kasih, Anne. Selamat malam."

"Selamat malam, Nona Raeli."

Raeli memberikan senyum sebelum Anne keluar dan menutup pintu kamar-meninggalkan Raeli berdua dengan surat pangeran. Ia memilih masuk ke kamar dan duduk di sofa kaki tempat tidur sambil melepaskan lilin segel surat yang berlambangkan Easter.

Ia jadi tidak sabar karena isi suratnya waktu itu lebih mirip sebuah kutukan untuk pangeran.

Raeliana.

Jantung Raeli berdegup membaca namanya. Namun, degup itu bukanlah sesuatu yang menyakitkan. Melainkan sebuah denyut lembut yang terus menjalar hingga wajah Raeli, membentuk senyum kecil.

Aku tidak bisa mengatakan apa pun. Kau memang tidak bisa menulis surat dengan baik. Aku merasa kau sedang mengutuk saat menulis surat untukku. Maaf, aku yang memberikan perintah agar kau dirawat di kamarku.

Kamar itu memang terkesan sangat mewah dan berlebihan untukmu. Tetapi tempat itu penuh dengan mana yang bagus untuk penyembuhan. Aku senang kau ternyata menghawatirkanku.

Aku jadi ingin terluka saja.

Apa-apaan itu? Raeli mendengus, merasa lucu dengan kalimat itu. Kalau pangeran terluka dan Raeli khawatir, jadi lebih bagus untuk terus terluka? Dasar bodoh.

Jujur saja. Aku ketakutan saat melihatmu terluka. Maaf, aku tidak bisa melindungimu saat itu. Aku ingin membayar atas rasa sakit yang kau rasakan.

Sebenarnya Raeli yang bodoh. Ia melarikan diri dari dekapan pangeran dan terkena anak panah. Jadi, pangeran tidak bisa menyalahkan dirinya sendiri.

Aku mendengar semua ceritanya dari Tristan. Jangan terlalu sering melompat-lompat, kau bisa terluka, karena aku tidak di sana untuk melindungimu.

Memangnya kalau ada di Easter, pria itu ingin melindungi Raeli sampai sebegitunya? Memangnya urusan Easter tidak lebih penting dari Raeli?

Aku sangat bangga membaca bahwa kau ingat tentang kesepakatan kita mengenai surat itu. Tadinya aku ingin kau mengirimiku surat setiap minggu, tetapi rasanya aku sangat berlebihan, 'kan? Aku tidak mau kau mengututukku di surat lagi.

Jadi, saat kau mengirim surat, ceritakan tentang keseharianmu di Easter.

Haaaaah!

Sejujurnya, aku ingin kau berada di Cain. Tetapi tempat ini sangat berbahaya. Aku tidak mau kau mengalami kejadian yang sama. Aku juga tidak mau melihat wajah pucatmu. Setelah lama tidak bertemu, melihat pemandangan seperti itu terasa menakutkan.

Kalau saja Raeli ikut ke Cain, pasti Carry juga akan pergi, bukan? Sangat terlihat jelas kalau kakaknya ingin sekali ikut berperang dengan pangeran. Raeli mengembuskan napas pasrah.

Raeliana?

Jantung Raeli berdegup lagi membaca namanya. Ia mengigit bibir. Kenapa, ya? Rasanya seperti remaja yang mendapat surat cinta di loker saat pulang sekolah.

Kau bilang tintamu habis. Ingin kukirimkan dari Cain?

"Tidak perlu," kata Raeli pada kertas di tangannya. "Kau tidak perlu memikirkan tintaku. Pikirkan saja perangmu itu."

Tulislah surat lebih panjang, Raeliana. Dan tentang hal yang tidak bisa kau ceritakan itu, apakah kau mau mengatakannya saat kita bertemu nanti? Aku ingin tahu mengapa kau tidak mau menjadi tunanganku. Aku akan menyelesaikan perangnya lebih cepat karena ada Ercher. Dia juga tidak sabar ingin kembali dan bertemu denganmu.

Sampai kita bertemu lagi, aku tidak akan terluka. Aku akan kembali dengan keadaan selamat padamu. Jadi, balas suratnya sesegera mungkin.

Aku menantikannya.

Ein.

Raeli cemberut sambil melipat kembali surat itu.

Apa-apaan? Ia saja menulis agar jangan terlalu cepat membalas di suratnya dan pangeran malah ingin Raeli membalas cepat. Dengan senyum kecil Raeli mengembalikan surat ke dalam amplop dan berjalan ke meja samping tempat tidur.

Ia menari laci kosong dan meletakkan surat itu di sana. Saat itulah raeli melihat ada bayangan sebuah tulisan di bagian dalam amplop. Ia mengeluarkan lagi surat itu dan melihat bagian dalam amplop.

Ps: Untuk sementara, jangan mengatakan apa pun tentang Roseline. Jika kau ingin tahu tentang itu, tanyalah pada Xain atau Carry. Lalu jangan dekati kamar yang ada di ujung lorong kamarmu di istana.

Kenapa? Pertanyaan itu muncul di kepala Raeli. Apa terjadi sesuatu dengan Rose? Sayangnya rasa penasaran itu dikalahkan oleh kantuk. Raeli memutuskan untuk mencari tahu besok saja. Lalu naik ke tempat tidur setelah menyimpan surat. Raeli juga akan membalas surat pangeran nanti saja.
.
.
Original Story by Viellaris Morgen
Minggu (02 Agustus 2020)

The Crown Prince's Fiancee (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang